Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dunia Usaha Optimis Indonesia Tak Alami Resesi di 2023, Ini Alasannya..

        Dunia Usaha Optimis Indonesia Tak Alami Resesi di 2023, Ini Alasannya.. Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) tetap optimis Indonesia tidak akan mengalami resesi seperti apa yang tengah diprediksikan.

        Plt Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI Eka Sastra mengatakan, meski kondisi ekonomi sejumlah negara di dunia sedang tidak baik, Indonesia kini masih dinilai baik, karena memiliki angka inflasi plus 5%.

        "Kondisi pertumbuhan Indonesia dan roadmap dari pemerintah sudah sangat baik. Kita jaga ,kita bangun optimisme dan konsolidasikan kekuatan UMKM, dan membantu pemerintah dalam realisasi investasi di Indonesia untuk menggerakkan perekonomian nasional," ujar Eka di Jakarta, Kamis (20/10).

        Baca Juga: Jokowi Pede Ekonomi Indonesia Kuartal III Lebih Kokoh dari Kuartal II

        Optimisme ini tentu bukan hanya omongan belaka, sebab kata Eka, melihat geliat dari sektor perdagangan antar pulau dan provinsi di Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi. Selain itu, juga tetap mampu melakukan ekspor di tengah negara-negara lain yang masih menahan diri.

        "Banyak pihak dari berbagai influencer 2023 resesi dan ekonomi gelap. Jangan sampai isu ini menakutkan kita dan membangun pesimisme, Kita sebagai pengusaha muda perlu bangun optimisme," ucapnya.

        Menurutnya, resesi global 2023 tidak akan berdampak langsung secara ekstrem ke Indonesia. Resesi sebelumnya diperkirakan terjadi karena berlanjutnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

        "Alasannya, Indonesia tidak bergantung pada komoditas yang berasal dari negara yang sedang berperang itu. Dampak resesi global itu akan dirasakan secara langsung oleh negara-negara di Eropa dan sekitarnya. Sebab, negara-negara tersebut memiliki ketergantungan pasokan komoditas, terutama gandum dan gas. Indonesia dalam 3 tahun terakhir sebesar 31 juta dan tentunya kita memiliki daya tahan yang cukup. Karena dalam 3 tahun terakhir juga kita tidak melakukan impor beras. Indonesia relatif juga tidak mengimpor jagung dan bahkan kita mengalami surplus jagung. Ini jadi kekuatan kita bersama," ungkapnya.

        Eka juga menambahkan torehan Investasi di Indonesia yang terus tumbuh di tahun 2022. Menurutnya Investasi yang masuk ke Indonesia merupakan kepercayaan global terhadap ketahanan ekonomi Indonesia.

        "Realisasi investasi sepanjang April-Juni (triwulan II) tahun 2022 mencapai Rp302,2 triliun atau tumbuh 35,5% ini artinya industri percaya kalau Indonesia adalah negara yang aman dan kuat ekonominya, jadi kita sebaiknya jangan khawatir melainkan terus berupaya menggerakan ekonomi kita," ujar Eka.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Boyke P. Siregar

        Bagikan Artikel: