Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Anies Baswedan Bertemu Aher di Markas PKS, Deal Soal Cawapres?

        Anies Baswedan Bertemu Aher di Markas PKS, Deal Soal Cawapres? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bertemu dengan mantan Gubernur dua periode Jawa Barat Ahmad Heryawan di kantor DPP Partai Keadilan Sejahtera, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Minggu (30/10).

        Pertemuan ini merupakan bagian dari kegiatan pelatihan relawan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang diinisiasi oleh Bidang Kesejahteraan Sosial DPP PKS.

        Dalam sambutannya, Ahmad Heryawan mengatakan bahwa negara hadir untuk mewujudkan keamanan dan kesejahteraan sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945.

        Keamanan merupakan hasil dari tidak adanya rasa takut, sementara kesejahteraan diindkasikan dari tidak adanya rasa lapar.

        Menurut Kang Aher, panggilan akrab Wakil Ketua Majelis Syuro PKS tersebut, jalan negara menuju kesejahteraan masih cukup jauh karena adanya persoalan yang belum terselesaikan baik dari hasil pembangunan saat ini yang berdampak pada masalah sosial maupun dari masalah eksternal.

        Baca Juga: Dulu SBY Pilih Tiang Listrik Jadi Cawapres Tetap Akan Menang, Ini Nggak Berlaku untuk Anies Baswedan, Refly Harun Singgung Kekuasaan: Berat!

        “Ada 17 persen dari 88 juta kepala keluarga yang masih masuk kelompok pra sejahtera. Mengapa ini terjadi, karena salah satunya adalah rendahnya pendidikan. Dari 17 persen tersebut, 50 persen di antaranya lulusan sekolah dasar. Inillah persoalannya,” ungkap Aher. 

        Menurutnya, meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus melalui pendidikan dan kesehatan. Mengutip dari UNESCO, pendidikan yang baik minimal SLTA dan S1.

        Jika pendidkan sudah merata dan bisa mencapai indeks 0,94, maka bisa mendekati angka kesejahteraan.   

        Aher mengatakan, meski pembangunan diukur dari pertumbuhan ekonomi makro, namun dampaknya harus bisa juga untuk sampai pada level mikro. 

         “Kesejahteraan masyarakat pada level yang paling bawah juga (harus) terdampak (dari pembangunan),” imbuhnya.   Anies Baswedan yang hadir dalam kapasitasnya sebagai pendiri gerakan Indonesia Mengajar menegaskan bahwa masalah utama pendidikan di Indonesia adalah guru.

        Mereka yang berprestasi di kampus tidak berminat menjadi guru dan lebih memilih profesi lain. Apalagi menjadi guru di daerah-daerah pedalaman dan terpencil.

        “Padahal sebenarnya mereka ini mau menjadi guru, yang tidak mau adalah menjadi guru seumur hidup. (Maka) kami tawarkan mereka insentif non material. Kami tidak pernah menawari mereka rupiah, karena mereka pasti akan membandingkannya dengan di kota,” ungkapnya. 

        Anies mengatakan bahwa ada dua pendekatan ketika melakukan aktifitas sosial, yaitu program dan gerakan. Sifat program adalah pelakunya hanya terbatas pada mereka yang terlibat di dalamnya, sedangkan gerakan lebih melibatkan sebanyak mungkin masyarakat.   

        “Hampir semua kegiatan kita bersifat program sehingga orang-orang yang berada di luar program hanya akan menjadi penonton. Republik ini tidak dibangun dengan program, tapi dengan gerakan. Misalnya, saat awal merdeka, ada 95 persen penduduk Indonesia yang buta huruf,” paparnya.

        Dalam bahasa terkini, tutur Anies, gerakan adalah kolaborasi. Ketika mendorong gerakan seperti Indonesia Mengajar, maka harus ada pesan yang membuat orang terpancing untuk ikut memikirkan sehingga berujung pada keterlibatan.

        Baca Juga: Semua Mohon Siap-siap! Setelah Sibuk Analisis Hidungnya Jokowi, dokter Tifa Nyatakan Siap Maju Jadi Presiden: Saya Akan Menginspirasi!

        “Indonesia Mengajar menawarkan pengalaman baru yang akan didapat oleh mereka yang terlibat. Bukan menceritakan adanya suatu masalah untuk diselesaikan, melainkan apa yang mereka dapatkan jika berpartisipasi dalam gerakan ini.” 

        Menurut Anies, pendidikan itu adalah tentang siapa dapat apa. Siapa dididik apa hari ini, besok akan duduk di mana.   

        “Pendidikan adalah instrument untuk membentuk masyarakat yang adil di masa akan datang,” tukasnya.(*)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: