Julukan Anies Baswedan Sebagai Antitesis Presiden Jokowi Terbukti dalam Hasil Survei SMRC
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memaparkan hasil survei temuan terkait persepsi atas ekonomi memiliki pengaruh dalam pemilihan presiden.
Saiful menjelaskan, perbedaan yang signifikan ini ditemukan dan menunjukkan ada kecenderungan pemilih yang ingin perubahan dan tidak menginginkan yang sekarang memerintah berkuasa kembali lebih condong pada Anies Baswedan.
“Dalam hal ini, Anies lebih dianggap sebagai oposisi, berbeda, atau semacam antitesis terhadap Pak Jokowi,” ujar Pendiri SMRC yang juga Analis Politik, Saiful Mujani.
Persepsi ekonomi yang digambarkan buruk saat ini, menjadi suara bagi pemilih Anies yang inginkan perubahan dari pemerintahan Jokowi.
Saiful juga menjelaskan, secara teoritis kelompok yang memberi penilaian positif pada kondisi ekonomi saat ini biasanya ingin mempertahankan yang sedang berkuasa.
Sebaliknya, yang menilai kondisi ekonomi sekarang lebih buruk dibanding sebelumnya cenderung ingin melakukan perubahan.
Data survei SMRC dua tahun terakhir (2021-2022) menunjukkan ada 36,6 persen publik yang menyatakan kondisi ekonomi sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding tahun sebelumnya.
Baca Juga: Ngebet Jadi Duet Anies Baswedan, Demokrat Buka-bukaan, Suara Dukungan Buat AHY Gak Kalah Sama Aher!
Yang menyatakan lebih baik atau jauh lebih baik sebanyak 32,7 persen. Sementara yang menyatakan tidak ada perubahan sebanyak 26,7 persen.
"Persepsi ekonomi yang buruk memperkuat dukungan pada Anies Baswedan dan memperlemah suara pada Ganjar Pranowo. Sebaliknya, ekonomi yang membaik akan memperkuat suara Ganjar dan memperlemah Anies," kata Saiful Mujani, Kamis (3/11/2022).
Dari yang menyatakan kondisi ekonomi lebih buruk atau jauh lebih buruk, terdapat 27 persen yang memilih Anies Baswedan.
Sementara dari kalangan yang menilai kondisi ekonomi baik atau lebih baik, keterpilihan Anies sebanyak 21 persen.
Ada 27 persen yang menilai kondisi sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk yang memilih Ganjar.
Baca Juga: Giring Umat Kristen Buat Tak Memilih Anies Baswedan, Ade Armando Jadi Bulan-bulanan: Hatinya Busuk
Sementara yang memilih Ganjar dari kalangan yang menilai kondisi ekonomi sekarang lebih baik atau jauh lebih baik sebanyak 33 persen. Yang menilai ekonomi tidak ada perubahan dan memilih Ganjar sebesar 26 persen.
Berbeda dengan Anies, kata Saiful, Ganjar lebih cenderung dianggap sebagai kelanjutan dari Jokowi. “Pilihan pada Ganjar adalah refleksi positif pada kondisi ekonomi sekarang,” terang pendiri SMRC tersebut.
Sementara evaluasi ekonomi pada elektabilitas Prabowo tidak berpengaruh. Yang menyatakan ekonomi buruk atau jauh lebih buruk dan memilih Prabowo 33 persen, ekonomi baik atau jauh lebih baik 32 persen, tidak ada perubahan 33 persen.
“Karena itu, efek dari evaluasi ekonomi ini adalah pertarungan antara Anies dengan Ganjar jika keduanya maju sebagai calon presiden,” kata Saiful.
Studi ini menemukan evaluasi atas kondisi ekonomi cenderung negatif pada Anies. Artinya, yang menyatakan kondisi ekonomi baik cenderung akan menyerang Anies. Sebaliknya, yang menyatakan kondisi ekonomi baik akan memperkuat Ganjar.
Ke depan, kata Saiful, kalau kondisi ekonomi kita semakin buruk, itu akan menguntungkan Anies dan akan menggerus pemilih Ganjar.
Baca Juga: Gak Takut Ganjar Pranowo, Anies Baswedan Semakin Yakin Jadi Next Jokowi: Rekam Jejak Boleh Diuji
Sebaliknya, semakin ekonomi membaik atau persepsi masyarakat tentang ekonomi semakin baik, maka Ganjar akan semakin kuat dan Anies akan menjadi semakin lemah.
Saiful melanjutkan, bahwa setelah dikontrol dengan pendidikan, ideologi, dan agama, faktor evaluasi atas ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan pada pemilih Ganjar dan Anies. Namun hal yang sama tidak terjadi pada pemilih Prabowo.
“Ekonomi buruk atau baik, tidak berpengaruh pada pemilih Prabowo,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty