Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Begini Tren Masa Depan Dunia Kerja di Tangan Generasi Alfa!

        Begini Tren Masa Depan Dunia Kerja di Tangan Generasi Alfa! Kredit Foto: Unsplash/Mimi Thian
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Berdasarkan lembaga penelitian McCrindle, generasi alfa atau individu kelahiran 2010-2024 akan mengisi 11% tenaga kerja secara global pada 2030.

        Adapun di Indonesia, karena usia minimum untuk bekerja di Indonesia adalah 15 tahun, dengan beberapa pengecualian, seperti 13 tahun untuk pekerjaan ringan dan 18 tahun untuk pekerjaan berat atau berbahaya, generasi alfa kemungkinan besar akan mulai mengisi tempat kerja pada 2028.

        Sementara perbedaan generasi tentu akan berdampak pada perbedaan gaya kerja. Menimbang hal ini, Presiden Komisaris wagely Alex Denni mengungkap lima tren masa depan dunia kerja di tangan generasi alfa.

        Baca Juga: 5 Karakter Angkatan Kerja GenZ Ini Perlu Dicermati Perusahaan

        "Tidak pernah terlalu dini untuk mulai berpikir tentang Gen Alfa karena ini adalah kesempatan untuk meninjau dan menjelajahi strategi SDM yang akan memberi keunggulan bagi perusahaan dalam menarik dan mempertahankan generasi ini di kemudian hari," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (7/10/2022).

        Berdasarkan pengamatan Alex, berikut lima tren dunia kerja di masa mendatang.

        1. Penerapan konsep Learning 5.1 di tempat kerja

        Karyawan di era Industri 5.0 termasuk generasi alfa perlu memiliki mindset, skillset, dan toolset baru agar terus bertumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, ia menyarankan perusahaan agar menciptakan budaya learning di mana setiap karyawan mau belajar dan mengajar sambil bekerja sehingga tanpa sadar menjadi kompeten dalam mengerjakan tugas masing-masing.  

        Konsep Learning 5.1 menghadirkan sebuah pola pikir baru bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk dipelajari mengingat peran teknologi yang membuat akses pengetahuan semakin luas dan tak terbatas bagi generasi alfa.

        Selain itu, konsep pembelajaran ini juga menjelaskan bahwa setiap orang adalah pembelajar sekaligus pengajar, sehingga arus pengetahuan tidak satu arah tetapi dua arah. Tidak ada lagi istilah mentor-mentee atau atasan-bawahan dalam proses pembelajaran di lingkungan kerja masa depan.

        2. Memanfaatkan teknologi dan metaverse untuk bekerja

        Tidak seperti generasi sebelumnya, generasi alfa telah belajar berbagai topik seperti AI dan bahasa pemrograman sejak sekolah dasar. Mereka adalah generasi yang paling terintegrasi secara teknologi. Karena telah terbiasa dengan berbagai perangkat pintar, mereka akan belajar dengan lebih cepat dan dapat menerapkannya dalam dunia kerja.

        Bahkan, mereka dapat dengan nyaman menggunakan metaverse untuk pelatihan. Misalnya, seorang insinyur mekanik bisa melakukan simulasi penyelesaian masalah melalui metaverse.

        3. Kesejahteraan di tempat kerja menjadi prioritas lebih dari sebelumnya

        Tumbuh di tengah pandemi, ketidakpastian ekonomi, dan tren kerja jarak jauh membuat kesejahteraan (well-being) menjadi agenda utama ketika generasi alfa memasuki dunia kerja.

        Bahkan, perhatian terhadap kesejahteraan kian meningkat selama beberapa tahun terakhir. Studi Global Talent Trends 2022 dari Mercer mengungkap, program kesejahteraan termasuk dalam lima alasan teratas mengapa karyawan bertahan, sehingga perusahaan harus memastikan kesejahteraan karyawan secara emosional, fisik, sosial, dan finansial.

        Lebih lanjut, Survei Kesehatan Finansial yang dilakukan wagely kepada lebih dari 3.500 karyawan menunjukkan, 77,5% karyawan lebih betah di perusahaan mereka setelah menggunakan wagely.

        Dengan memiliki akses ke gaji yang sudah diperoleh kapan pun dibutuhkan, karyawan dapat membayar tagihan tepat waktu dan mencapai tujuan finansial mereka, sehingga hasilnya karyawan bertahan lebih lama. Di saat earned wage access terus menjadi norma baru, penting bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan apa yang menjadi ekspektasi Gen Alfa. 

        4. Keberagaman dan Inklusi wajib diwujudkan

        Saat generasi alfa memasuki pasar tenaga kerja, akan ada banyak keberagaman dalam posisi pimpinan. Mereka percaya bahwa penting untuk memperlakukan semua orang secara setara tanpa memandang ras, suku, warna kulit, dan asal negara.

        Kesetaraan gender sama pentingnya bagi generasi ini. Tumbuh di dunia yang beragam membentuk pandangan dan harapan generasi alfa. Mereka tidak akan sungkan pergi jika tahu berada di perusahaan yang terlihat mendukung sesuatu secara publik, padahal sebenarnya mengabaikan.

        5. Preferensi tempat kerja dan hasrat untuk membuat dampak positif 

        Bekerja dari mana saja juga akan menjadi norma baru bagi Gen Alfa. Selama pandemi, mereka sekolah secara online, sehingga transisi menuju kerja di mana saja akan lebih mudah.

        Selain itu, generasi alfa ingin bekerja untuk perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai yang mereka pegang. Mereka akan merasa puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan, apabila perusahaan memberikan dampak positif, terutama pada isu-isu utama yang menjadi perhatian mereka seperti perubahan iklim, inklusi keuangan, dan pemberdayaan perempuan.

        Setiap generasi telah mengubah dunia kerja, namun hari ini masa depan ada di tangan generasi alfa. Selagi perusahaan berupaya menarik dan mempertahankan Gen Z, saatnya untuk memikirkan kembali pendekatan terhadap benefit karyawan, budaya kerja, dan sebagainya, untuk juga dapat memenuhi kebutuhan generasi alfa. Meskipun jalan masih panjang, tetapi ketika kita berhasil membuka potensi generasi baru ini, kita semua dapat menciptakan tenaga kerja yang siap hadapi masa depan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: