Jelang Pilpres 2024, Rocky Gerung Sebut Presiden Jokowi Hidupkan Kultur Demokrasi Monarki
Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung mengatakan jelang Pilpres 2024, Presiden Jokowi seolah-olah menghidupkan kultur demokrasi monarki.
“Emang nggak ada tradisi Presiden muncul sebagai raja di dalam sistem Republik. Lain kalau Pak Jokowi itu raja maka boleh semua orang minta restu sebagai sabda raja begitu,” kata Rocky melalui youtube channelnya, Kamis (10/11/22).
Seperti yang diketahui, yang terbaru Presiden Jokowi secara terang-terangan mengatakan pada Pilpres 2024 bisa menjadi saat kemenangan bagi Ketua Umum Gerindra sekaligus menteri pertahanannya, Prabowo Subianto.
Ini dikatakan presiden usai dirinya pamer telah dua kali menang dalam Pemilihan Presiden-Wakil Presiden pada 2014 dan 2019.
“Saya ini dua kali Wali Kota di Solo menang, kemudian ditarik ke Jakarta, Gubernur sekali menang. Kemudian dua kali di pemilu Presiden juga menang. Mohon maaf Pak Prabowo. Kelihatannya setelah ini jatahnya Pak Prabowo,” kata Jokowi di HUT ke-8 Partai Perindo, Jakarta, Senin (7/11/2022).
“Harus ingat, Pak Prabowo calon presiden itu keputusan Gerinda. Itu keputusan dari sebuah partai dan itu keputusan tertinggi kehendak anggota. Ngapain lagi minta izin pendapat Jokowi?” tegas Rocky.
Rocky mengatakan, petinggi partai jangan lengah. Contohnya, Golkar itu dikendalikan oleh Airlangga bukan oleh Presiden Jokowi, begitu juga Gerindra.
“Jangan-jangan saya bilang ini kultur baru di kita, kultur demokrasi monarki. Iya kalau dirumuskan relawannya baper, tokoh-tokohnya caper.,” kata Rocky.
Rocky menambahkan, semenjak banyaknya tokoh politik yang seolah-olah minta restu ke Presiden Jokowi, masyarakat tidak bisa membedakan posisi mereka.
“Sekarang kita gak bisa bedain, ini Pak Prabowo sebagai menteri atau ketua partai kan? Jadi kacau,” kata dia.
Baca Juga: Orang Demokrat Heran Bukan Main Lihat Tingkah Jokowi Soal Pilpres 2024: Baru Kali Ini Presiden...
“Sebetulnya itu yang disebut sebagai pragmatisme yang yang artinya mengambil keputusan ketika semua kalau udah diuji itu namanya pragmatisme. Tapi ditemukan kembali pengertian baru dari kalangan opportunis itu yang ini sebetulnya lebih dekat kepada para penjilat,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty
Tag Terkait: