Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bikin Indonesia Unjuk Gigi, Luhut Pandjaitan Pamer: Banyak Pemimpin Negara Antre Mau Ketemu Jokowi

        Bikin Indonesia Unjuk Gigi, Luhut Pandjaitan Pamer: Banyak Pemimpin Negara Antre Mau Ketemu Jokowi Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia akan menggelar KTT G20 di Bali pada 15 hingga 16 November 2022. Event tersebut sekaligus akan menjadi panggung besar bagi Presiden Jokowi dalam menunjukkan pengaruh besar Indonesia bagi dunia. Buktinya, banyak pemimpin negara anggota G20 yang antre untuk ketemu Jokowi.

        Pertemuan para pemimpin negara anggota G20 yang puncaknya akan dilangsungkan di Nusa Dua, Bali tinggal menghitung hari. Sebanyak 17 kepala negara sudah menyampaikan kesiapannya untuk hadir. Dua pemimpin negara adidaya, yaitu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping, juga sudah memastikan akan hadir. Bahkan, pesawat raksasa milik AS, Boeing C-17 Globemaster, yang membawa logistik untuk pengamanan Biden, sudah lebih dulu mendarat di Bali dan bikin heboh jagat maya karena ukurannya yang jumbo.

        Baca Juga: Ajak Negara G20 Perkuat Sektor Pertanian, SYL: Pangan Adalah Human Rights!

        Suasana menjelang acara akbar ini sudah terasa sejak menginjakkan kaki di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Di pintu masuk ini, para tamu undangan KTT G20 sudah berdatangan sambil menggeret koper. Hari ini, para tamu undangan yang tiba di Ngurah Rai dipastikan akan lebih banyak lagi. 

        Menghadapi acara di hari H itu, panitia terus melakukan berbagai persiapan agar acara berjalan lancar dan aman. Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menjadi Ketua Bidang Dukungan Penyelenggara Acara KTT G20, termasuk yang paling sibuk akhir-akhir ini. Purnawirawan jenderal bintang empat ini, pergi ke sana ke mari agar semua acara berjalan sesuai rencana.

        Lalu bagaimana persiapannya? Luhut mengatakan, Presiden Jokowi, yang sedang berada di Kamboja untuk menghadiri KTT ASEAN, meneleponnya untuk menanyakan kesiapan KTT G20. Pertanyaan Jokowi begitu detail. Misalnya, menanyakan bagaimana persiapan di Dome, tempat acara makan siang para pemimpin negara digelar, lalu bagaimana persiapan pertemuan Xi Jinping yang akan menyaksikan tes dinamis kereta cepat Jakarta-Bandung. Tes tersebut, kata Luhut, dua hari sebelumnya sudah dilakukan dan berhasil dengan baik.

        Kepada Jokowi, Luhut memastikan persiapan KTT G20 hampir 100 persen. "Saya bilang 100 persen, tapi nanti kurang pas. Jadi 99 persenlah. Jadi, besok kita bisa klaim sudah 100 persen sudah siap," kata Luhut, dalam konferensi pers di Bali International Convention Center, Nusa Dua yang disiarkan di akun YouTube Kemenkomarves, kemarin.

        Luhut berharap, acara berjalan aman dan lancar. Tidak terjadi apa-apa yang tidak diharapkan. Menurut dia, persoalan keamanan tidak ada persoalan. Koordinasi dengan pasukan secret service atau pasukan khusus pengawal kepala negara anggota G20 dan undangan, berlangsung dengan baik dan lancar. Memang, ada beberapa yang tidak bisa dipenuhi. Namun, kata dia, ada standard operation procedure (SOP) yang negara lain harus hormati, dan tidak bisa seenaknya mengatur-atur.

        Luhut berharap betul acara berjalan lancar dan tidak terjadi apa-apa. Karena KTT G20 ini bisa menjadi ajang Indonesia unjuk gigi. Indonesia bisa menunjukkan peran strategisnya dalam percaturan global, termasuk jadi tujuan investasi yang strategis. Luhut juga optimis Indonesia bakal menjadi salah satu kekuatan baru di dunia.

        Optimisme itu, bukan tanpa alasan. Luhut bilang, banyak negara yang ingin bekerja sama dengan Indonesia. Hal itu ditandai dengan banyaknya pemimpin negara yang antre untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Jokowi.

        "Ini terlihat dengan banyaknya permintaan untuk bilateral dengan Presiden. Dan permintaan juga Presiden Joko Widodo untuk mengatur pertemuan-pertemuan bilateral," ungkapnya.

        Menurut Luhut, manfaat KTT G20 bukan cuma itu. Acara ini juga akan memberikan dampak besar bagi perekonomian domestik. Ia memperkirakan, kontribusi G20 mencapai 533 juta dolar AS atau setara Rp 7,5 triliun terhadap produk domestik bruto Indonesia pada 2022. Sebagian besar akan berputar di Bali. Acara ini juga akan meningkatkan serapan tenaga kerja hingga lebih dari 33 ribu orang di berbagai sektor. Perputaran ekonomi ini diharapakan menjadi pengobat luka pariwisata Bali yang terluka dalam karena pandemi lalu.

        Tak hanya itu, Luhut berharap, lewat KTT G20, dunia bisa pulih dan membawa perdamaian bagi masyarakat dunia. Apalagi, Bali memberikan aura persahabatan yang bisa mengubah hati para pemimpin negara yang datang ke Pulau Dewata tersebut.

        Meski begitu, Luhut memahami kondisi dunia saat ini sedang kompleks dan rumit. Jadi, ia bisa memahami kalau dalam KTT G20 di Bali ini tidak menghasilkan komunike atau pernyataan bersama para pemimpin G20. Komunike biasanya berisikan komitmen bersama, pernyataan-pernyataan bersama, yang disampaikan kepada publik dan biasanya terdiri dari isu-isu global terkini yang menjadi perhatian dan merupakan hasil konsensus anggota forum G20.

        "Komunike penting. Kita berharap ada yang keluar. Tapi, kalau tidak ada, ya tidak apa-apa. Itulah keadannya," ujarnya.

        Di tempat terpisah, Menlu Retno Marsudi optimis gelaran KTT G20 akan berjalan sukses. Kata dia, Pemerintah telah menerima konfirmasi kehadiran langsung 17 pemimpin G20 pada saat KTT. Total kehadiran para pemimpin, termasuk Presiden Jokowi adalah 36 orang dari total 41 peserta.

        Dari G20, tiga kepala negara tidak hadir yaitu, Presiden Mexico, Presiden Brazil, dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Tiga kepala negara itu absen dikarenakan sedang menghadapi persoalan di dalam negeri.

        Dari pihak undangan, Pemerintah Fiji yang sedang menjalani pemilihan umum mengirimkan utusan khusus (special envoy). Sedangkan Presiden Ukraina akan berpartisipasi secara virtual.

        Kata Retno, dalam kondisi normal pun, tidak semua KTT G20 dapat dihadiri semua leaders. "Dalam kondisi normal, nggak ada perang, nggak ada apa-apa, karena kan masing-masing kepala negara juga memiliki kegiatan yang mungkin tidak bisa ditinggalkan di dalam negerinya, dan sebagainya. Jadi, kalau dulu nggak semua leaders hadir di dalam kondisi normal, kalau sekarang ada minus satu, minus dua, it’s ok,” kata Retno, kemarin

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: