Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        'Indonesia Terlalu Mengglorifikasi G20, Padahal Agenda Biasa Saja'

        'Indonesia Terlalu Mengglorifikasi G20, Padahal Agenda Biasa Saja' Kredit Foto: Antara/Zabur Karuru
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia secara resmi memegang keketuaan G20 pada tahun 2022. Tongkat estafet kepemimpinan forum ekonomi terbesar di dunia itu diberikan oleh Italia pada tahun 2021.

        Bagi Indonesia, presidensi G20 adalah yang pertama kali didapat, tepat di tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Namun, Rocky Gerung mengatakan agenda G20 sebenarnya hal biasa.

        Baca Juga: Dari Awal G20 Sudah Gagal, Pakar: Putin dan Zelensky Gak Hadir, Apa yang Dibahas?

        "G20 adalah agenda biasa sekali. Keketuaan ditentukan berdasarkan abjad, Indonesia setelah India di tahun 2023 semestinya, karena di tahun itu memegang KTT ASEAN, Indonesia melobi," kata Rocky dalam kanal YouTube-nya, sebagaimana dikutip Warta Ekonomi.

        Jangan terkejut, kata Rocky, mengapa agenda G20 hal yang biasa. Lihat Argentina saat menjadi ketua melakukan penerimaan para pemimpin negara, delegasi, dilakukan di lapangan terbuka dengan membuat tenda.

        "Mereka di Argentinya bikin tenda gede di tengah kota, para delegasi panas-panasan, sama sekali tidak diistimewakan," tuturnya.

        Dosen filsafat Universitas Indonesia itu menilai, Indonesia memakai G20 sebagai alat menaikkan profil Presiden Joko Widodo (Jokowi). Seharunya, daripada mengelu-elukan prestasi Jokowi yang sebenarnya G20 biasa saja, harusnya Indonesia memberi harapan baru bidang sosial-ekonomi.

        "Harusnya G20 bagi Indonesia jadi sebuah sinyal terbitnya harapan tentang pengurangan emisi, pembahasan ekonomi di tengah keterpurukan, dan mengendurkan ketegangan. Yang terjadi, Jokowi malah mempromosikan pindah ibu kota yang bagi Eropa adalah merusak lingkungan," tegasnya.

        Yang lebih mengejutkan lagi, tutur Rocky, G20 seakan-akan mem-framing- Jokowi bisa mempertemukan Presiden Rusia Valdimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. 

        "Banyak yang mem-framing Jokowi bisa mempertemukan keduanya sehingga memmbawa perdamaian dunia, dan Jokowi bisa memperoleh hadiah nobel perdamaian," terangnya.

        Rocky berpesan, Indonesia semestinya bersikap rasional saja. Agenda G20 jangan diglorifikasi berlebihan untuk mendapatkan legitimasi presiden tetapi ini sudah terlanjur semua.

        "Menyikapi ini, harusnya Indonesia rasional saja dengan keadaan dunia seperti sekarang ini. Indonesia jangan berharap mendaat kesuksesan besar. Semua terlanjur seperti seakan-akan Indonesia hebat tapi sebaliknya,"pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: