Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Survei Geologi Amerika Kuak Fenomena Gempa Cianjur, Ada Tabrakan Lempeng Raksasa

        Survei Geologi Amerika Kuak Fenomena Gempa Cianjur, Ada Tabrakan Lempeng Raksasa Kredit Foto: Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Survei Geologi Amerika Serikat mengatakan gempa di Cianjur pada Senin (21/11/2022) terjadi di zona subduksi, lapor The New York Times, Selasa (22/11/2022).

        Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah paling berbahaya di Indonesia, yang sering mengalami banjir, tanah longsor dan kekeringan serta gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi, menurut Indeks Risiko Bencana Indonesia.

        Baca Juga: Media Asing Soroti Gempa Bumi Dahsyat di Cianjur yang Tewaskan Ratusan Orang

        Zona itu merupakan area salah satu lempeng kerak besar planet ini berada, yakni lempeng Australia yang meluncur di bawah yang lain, yaitu lempeng Sunda.

        Prosesnya sangat lambat. Kedua lempeng bergerak satu sama lain dengan kecepatan dua inci per tahun.

        Akan tetapi, seperti di semua zona subduksi di seluruh dunia, gerakan ini menimbulkan tekanan gesekan antara dua lempeng yang sering mengakibatkan gempa bumi.

        Dalam 15 tahun terakhir telah terjadi empat gempa berkekuatan 6,5 SR atau lebih besar di zona subduksi dalam jarak 241 kilometer (150 mil) dari gempa yang terjadi hari Senin (21/11/2022).

        Survei tersebut, mengungkapkan, gempa terbesar yang terjadi pada tahun 2007, yang berkekuatan 7,5 SR melepaskan 700 kali energi dibandingkan gempa di Cianjur.

        Perbedaannya, tulis The New York Times, gempa tahun 2007 terjadi di kedalaman 175 mil atau 282 kilometer di dalam bumi, dan tidak ada laporan kerusakan atau cedera.

        Gempa hari Senin (21/11/2022) itu adalah yang terbaru dari serangkaian bencana baru-baru ini yang menimpa Indonesia. 

        Kepulauan Indonesia yang luas, dengan garis pantai yang panjang dan banyak pulau, terletak di "Cincin Api", busur gunung berapi dan garis patahan di sepanjang Cekungan Pasifik, yang sering dilanda gempa bumi dan letusan gunung berapi.

        Gempa bumi besar dan kecil terjadi hampir setiap hari.

        Pada bulan Februari, gempa berkekuatan 6,2 SR menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai lebih dari 450 orang lainnya di provinsi Sumatera Barat.

        Pada Januari 2021 gempa berkekuatan 6,2 SR menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai hampir 6.500 orang di provinsi Sulawesi Barat.

        Baca Juga: Jokowi Akan Tinjau Langsung Korban Gempa Cianjur

        Dalam bencana yang paling dahsyat dalam beberapa tahun terakhir, gempa kuat Samudera Hindia di pulau Sumatra di Indonesia utara menyebabkan tsunami pada bulan Desember 2004 yang menewaskan hampir 230.000 orang, lebih dari setengahnya di Indonesia.

        Pada tahun 1883 gunung Krakatau di Selat Sunda adalah peristiwa vulkanik paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah.

        Ledakan itu terdengar ratusan mil jauhnya dan abu menjadi penyaring matahari terbenam di seluruh dunia. Setidaknya 36.000 kematian dikaitkan dengan letusan dan tsunami yang mengikutinya.

        Sejak saat itu gunung api jenis baru yang dikenal sebagai “Baby Krakatau” mulai muncul di tempatnya.

        Korban tewas terus meningkat akibat bencana seperti itu karena populasi Indonesia telah meningkat pesat menjadi 270 juta, karena kota-kota telah berkembang dan orang-orang telah membuat rumah mereka di daerah yang semakin genting, kata Kerry Sieh, seorang seismolog Amerika yang memantau Indonesia dari dekat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: