Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menakar Hubungan Piala Dunia Qatar 2022 dan Pergeseran Geopolitik Global

        Menakar Hubungan Piala Dunia Qatar 2022 dan Pergeseran Geopolitik Global Kredit Foto: Reuters/John Sibley
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Timur Tengah Dina Sulaeman mengatakan telah terjadi pergeseran geopolitik global menggunakan gelaran Piala Dunia Qatar 2022. 

        Menurutnya, atmosfer geopolitik pada Piala Dunia 2022 sangat kental itu yang mengandung benang merah yang sama.

        Baca Juga: Kontroversial, Asosiasi Sepak Bola Amerika Edit Bendera Iran Tanpa Lambang

        "Ada seorang membawa bendera LGBTQ+ berkaus dengan tulisan 'Save Ukraina' dan 'Hormati Perempuan Iran' ... yang masuk ke lapangan saat pertandingan Portugal vs Uruguay," cuit analis geopolitik itu dalam Twitter pribadinya, dikutip Warta Ekonomi.

        Dina mengatakan bahwa terdapat satu benang merah yang sama dalam LGBTQ+, perempuan Iran yang anti hijab, dan Ukraina yakni liberalisme.

        Mengutip penjelasan Prof Mearsheimer, pakar hubungan internasional dari Amerika Serikat, dalam bukunya "Great Delusion: Liberal Dreams and International Realities", bahwa AS dan Barat punya ilusi untuk menyebarluaskan nilai-nilai liberalisme ke seluruh dunia.

        "Strateginya adalah dengan menggulingkan rezim yang 'tidak demokratis', karena dengan cara itu, AS dan (Barat) bisa menyebarkan liberalisme (yang mereka yakini) dan mendapatkan untung ... 'Killing two birds with one stone,'" tuit Dina.

        Itu menyebabkan, delusi kaum liberal AS untuk menyebarkan liberalisme ke seluruh dunia sehingga memunculkan perlawanan.

        Alasannya, kata Dina, tidak semua negara mau menerima liberalisme ala Barat, sebab banyak bangsa yang punya nilai-nilainya sendiri.

        "Perhatikan narasi Barat dalam perang Ukraina, Barat sering berkata, Ukraina sedang berperang 'mempertahankan nilai-nilai Eropa'. Apa nilai yang dimaksud? Tak lain, liberalisme. Rusia pun membawa narasi 'nilai' dalam perang ini (mempertahankan nilai-nilai tradisional, nilai keluarga, dll)," terang dosen hubungan internasional itu.

        Dina menilai, masifnya pemaksaan nilai-nilai ala Barat bahkan hingga menyelusup ke sepak bola terjadi dengan jelas dalam Piala Dunia 2022 ini.

        Ia menuturkan contohnya seperti adanya tekanan dan provokasi yang diterima oleh tim nasional sepak bola Iran yang diberikan pertanyaan seputar politik dalam negeri.

        "Dalam konferensi pers, mereka (pemain Iran) ditanyai politik dalam negeri. Kemaren jurnalis Iran sempat membalas 'apa kamu baik-baik saja mewakili sebuah negara yang diskriminatif terhadap kulit hitam?'" imbuhnya.

        Baca Juga: Kritik Keras Hujam Qatar, Al Qaeda: Kami Serukan Saudara Muslim Jangan Ikuti Piala Dunia

        Yang tidak kalah penting, kata Dina, adalah ketika Federasi Sepak Bola AS mengunggah foto bendera Iran tanpa tulisan "Allah" di platform media sosial resmi mereka dengan alasan "untuk menunjukkan dukungan bagi pengunjuk rasa di Iran"

        "Aksi menghina lambang negara lain ini melanggar aturan FIFA dan seharusnya timnas AS dihukum," ujarnya.

        Panasnya Piala Dunia 2022 oleh pergeseran geopolitik global yang dilakukan AS dan Barat mndapatkan perlawanan serius dari "Selatan". 

        Rusia, China, dan Iran meski tidak seragam ideologinya, tetapi ada kesamaan nilai yaitu anti-liberalisme Barat yang tengah dipaksakan.

        "Mereka tahu bahwa nilai Barat ini sebenarnya bertujuan mendominasi, menundukkan, dan menguasai ekonomi negara-negara Selatan (termasuk sebagian negara Arab, seperti Qatar) menyadari pergeseran ini dan mulai berhitung," pungkas pengamat Timur Tengah itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: