Perekonomian dunia yang terancam melambat tahun ini membuat Indonesia tak bisa lagi mengandalkan ekspor ke negara-negara tradisional. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah menyiapkan alternatif dengan mendorong ekspor ke sejumlah negara non-tradisional
“Bapak Presiden sudah mendorong pasar nontradisional, seperti di Afrika juga untuk dibuat dan dikejar, terutama di pantai timur melalui Nigeria dan di pantai barat itu Kenya,”Kata Airlangga usai mengikuti Rapat Terbatas tentang Ekspor dan Investasi di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Airlangga mengatakan kondisi ekonomi negara-negara tersebut relatif stabil dan memiliki kebutuhan yang cukup tinggi terhadap berbagai komoditas ekspor Indonesia.
Airlangga mengungkapkan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) masih menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia dengan pangsa pasar yang tertinggi. Kemudian diikuti Amerika Serikat, India, Jepang, serta Malaysia. Nilai perdagangan antarnegara anggota ASEAN (intra-ASEAN trade) juga masih cukup tinggi.
“Ini menjadi potensi bagi Indonesia untuk memperkuat pangsa pasar Indonesia di negara ASEAN dan berketetapan dengan Bapak Presiden memegang keketuaan ASEAN. Jadi ini menjadi prioritas yang diarahkan Bapak Presiden,” imbuhnya.
Baca Juga: Resesi Di depan Mata, Indonesia Tetap Pede Ekspor Bakal Tumbuh 12,8%
Untuk tahun ini, nilai ekspor diproyeksikan tumbuh sebesar 12,8%. Angka itu memang melambat dibandingkan pertumbuhan ekspor 2022 yang mencapai 29,8%. Airlangga mengungkapkan proyeksi itu ditetapkan dengan asumsi nilai basis yang sudah tinggi.
“Tahun 2022 ekspor kita tumbuh 29,4%. Tahun 2023 diproyeksikan ekspornya, karena kita basisnya sudah tinggi, itu ekspornya naik di 12,8%,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: