Meskipun awalnya sempat enggan menjajaki dunia politik, Kaesang Pangarep tiba-tiba mengubah pikirannya. Pada agenda makan siang bersama di Kota Solo baru-baru ini, anak bungsu Presiden Joko Widodo itu mengungkapkan keinginannya untuk terjun ke dunia kepada sang bapak dan kakak pertamanya, Gibran Rakabuming Raka. Kira-kira, apa yang memotivasi perubahan setir kehidupannya itu?
Pengamat politik, Ujang Komaruddin, menilai hasrat dan keinginan Kaesang untuk terjun ke politik tidak berdiri sendri. Kekuasan dengan jabatan itu merupakan sebuah kenikmatan bagi kalangan atas.
Baca Juga: Bukan Keinginan Sendiri, Terjunnya Kaesang karena Dipaksa Jokowi: Dia Ketagihan Kekuasaan!
Menurutnya, dengan kekuasaan dan jabatan lebih mudah mendapatkan uang, memperlebar bisnis, dihormati masyarakat dan lain sebagainya. “Itu makanya suka tidak suka kenikmatan itu telah diperoleh oleh keluarga Jokowi,” kata Ujang kepada Suara.com belum lama ini.
Ia berpendapat, di kalangan penguasa, kekuasaan itu sesuatu yang enak dan harus diperjuangkan untuk mendapatkannya. Sebab, jika tidak berkuasa, bisnis juga bisa macet dan tidak dihargai orang.
“Oleh karena itu mumpung Jokowi masih presiden, masih dihormati, masih punya power besar di republik ini, maka kesempatan Kaesang masuk di politik. Dan jika maju jadi kepala daerah pun (kesempatan) terbuka lebar,” ujarnya.
Baca Juga: Incar Posisi Eksekutif, Manuver Kaesang Semakin Disoroti: Oversuplai Kekuasaan Keluarga Jokowi
Ujang menilai, cara pandang Kesang ingin terjun ke dunia politik tak terlepas dari dorongan keluarga Jokowi. Kesempatan dan peluang Kaesang untuk mendapatkan kekuasaan terbuka lebar.
“Bahwa ya terbukti kekuasaan itu enak. Bahwa ketika ayahnya berkuasa kesempatan itu ada, peluang itu ada, maka peluang itu jangan dibuang sia-sia. Kesempatan itu jangan dibuang begitu saja, harus diambil untuk bisa menjadi kepala daerah ataupun jabatan yang lain,” tutur Ujang.
Presiden Jokowi telah membangun pondasi dinasti kekuasaannya. Dibuktikan dari putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka yang menjabat Wali Kota Surakarta dan sang mantu, Bobby Nasution menjadi Wali Kota Medan. “Artinya suka tidak suka politik dinasti itu tidak terhindarkan dari keluarga Jokowi. Kalau misalkan Kaesang masuk ya itu sudah mentasbihkan bahwa itu pola pola politik dinasti,” terang Ujang.
Baca Juga: Terbaca Berminat Ikuti Jejak Jokowi, Manuver Kaesang Disoroti: Dia Akan Dititipkan kepada Oligarki
Bukan hal baru di Indonesia seorang yang berkuasa membangun dinasti politik. Banyak keluarga pejabat, politisi membangun dinasti politik. Bisa jadi Jokowi ingin mengikuti itu. “Mungkin Jokowi juga ingin seperti itu. Karena mungkin melhat peluangnya ada, undang-undang tidak melarang makanya melakukan itu sebagai bagian dari proses menjalani proses demorkasi,” ucapnya.
Walaupun dalam konteks tertentu dinasti politik tidak bagus, karena kadang-kadang banyak pihak, banyak figur yang punya privilege (keistimewaan) mendapatkan karpet merah. Mendapatkan cara jalan tol untuk bisa mendapatkan kekuasaan,tidak pernah berdarah-darah, tidak pernah meniti perjuangan di partai, tidak pernah mengikuti kaderisasi di partai, namun tiba-tiba jadi kepala daerah. “Saya sih melihatnya ini bagaian dari dinasti politik yang dibangun jokowi,” katanya.
Dia mengingatkan, Gibran sempat tidak lolos administrasi di PDI Perjuangan, namun pada akhirnya diloloskan dan maju di Pilkada, hingga akhirnya menjabat Wali Kota Solo. Keistimewaan itu diperoleh Gibran karena anak Presiden. “Ya Kaesang pun pasti akan mendapatkna karpet merah itu. Tidak pernah berdarah-darah, tidak pernah berjuang di partai ya tahu-tahu nanti jadi wali kota,” tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Yohanna Valerie Immanuella
Tag Terkait: