Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Penyebab Anjloknya Indeks Persepsi Korupsi Era Jokowi, Elite Megawati: Bisa Akibat Kerasnya Kritikan

        Penyebab Anjloknya Indeks Persepsi Korupsi Era Jokowi, Elite Megawati: Bisa Akibat Kerasnya Kritikan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politikus PDI Perjuangan, I Wayan Sudirta memiliki pandangannya sendiri terkait anjloknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2022.

        Dirinya mengatakan hal tersebut bisa saja disebabkan oleh kritikan pedas yang terjadi dalam masa Pemerintahan Joko Widodo alias Jokowi.

        Baca Juga: Melawan Anies Baswedan, Power Milik Jokowi Tak Bisa Diandalkan Megawati Lagi: Efeknya Sudah Memudar!

        Anggota Komisi III DPR mengatakan pandangan masyarakat menjadi salah satu acuan dalam menentukan IPK yang diumumkan dari hasil penelitian Transparency International Indonesia (TII).

        "Bahwa persepsi (IPK) itu menurun, mohon maaf, bisa jadi karena kritik terlalu keras. Ketidakpercayaan dalam hukum dan persepsi terlalu keras sehingga lontaran-lontaran di media jadi salah satu acuan," kata Sudirta dalam diskusi yang digelar oleh Total Politik di Jakarta Selatan pada Ahad (12/2/2023). 

        Sudirta menyalahkan budaya masyarakat yang masih menerapkan perilaku suap dan korupsi. Ia merasa aturan dan aparat hukum yang kuat pun bakal sulit mengatasi budaya suap.

        "Persepsi turun, kalau digali sumbernya ada dua paling pokok aparat penegak hukum yang perlu diawasi dan budaya hukumnya. Sehebat apapun peraturan, juga andai kata aparat hukumnya tegak, kalau masyarakatnya daya hukumnya masih main suap, main korupsi, agak sulit," ujar Sudirta. 

        Baca Juga: Yakin Dukung Anies Baswedan Jadi Next Jokowi, Eks Elite Megawati: Kami Mendapatkan Pencerahan...

        Sudirta mengakui masalah integritas dan kejujuran memang bersemayam di Indonesia. Hal itu menurutnya membuat Indonesia sulit merangkak keluar dari papan bawah skor IPK antarnegara di dunia. 

        "Ada pertanyaan kenapa sulit mengurusi APH (aparat penegak hukum)? Ngurusin budaya hukum antikorupsi? Ada penelitian memberikan muara atau hasil akhir pada integritas dan kejujuran dalam bangsa. Itu yang membedakan dengan Denmark dan Selandia Baru yang tekankan kejujuran," ucap Sudirta. 

        Terlepas dari itu, Sudirta menyatakan skor IPK akan ditelaah oleh Komisi III DPR. Hanya saja, ia tak memberi janji apapun terkait tindak lanjut dari pendalaman tersebut. 

        Baca Juga: Perebutan Kursi Jokowi Makin Dekat, Jalan Anies Baswedan Semakin Berat: Mereka Mulai Bersatu...

        "Akan dipelajari dan disampaikan bukan cuma ke intern komisi III, tapi juga ke presiden," ujar kembali Sudirta. 

        Penurunan IPK Indonesia pada 2022 ini menjadi titik terendah sejak 2015. Perolehan ini juga membuat posisi Indonesia berada di peringkat 110 dari 180 negara yang disurvei atau melorot 14 tangga dari 2021 yang mencapai ranking 96.

        TII merilis IPK Indonesia 2022 mengacu pada delapan sumber data dan penilaian ahli untuk mengukur korupsi sektor publik pada 180 negara dan teritori. Skor dari nol berarti sangat korup dan 100 sangat bersih.

        Lewat hasil itu, Indonesia hanya mampu menaikkan skor IPK sebanyak dua poin dari skor 32 selama satu dekade terakhir sejak 2012.

        Baca Juga: NasDem Bisa-bisa Senang, Anies Baswedan Tiba-tiba Dilirik Jajarannya Amien Rais!

        Di Asia Tenggara, Singapura menjadi negara yang dinilai paling tidak korup (skor 83), diikuti Malaysia (47), Timor Leste (42), Vietnam (42), Thailand (36), Indonesia (34), Filipina (33), Laos (31), Kamboja (24), dan Myanmar (23).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: