Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jika Anies Gagal Nyapres Pilpres bakal Adem Ayem, Pilih Mana?

        Jika Anies Gagal Nyapres Pilpres bakal Adem Ayem, Pilih Mana? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dinamika politik sejauh ini menunjukkan hanya dua opsi yang bakal bertarung pada Pilpres 2024, yakni keberlanjutan program pemerintah dengan diwakili kandidat yang bakal disesaki semua jago Jokowi (all Jokowi’s men) atau dengan Anies Baswedan sebagai alternatif. 

        Pengamat politik Adi Prayitno mengakui terbuka kemungkinan pilpres hanya diikuti kandidat-kandidat yang dekat Jokowi. Artinya, Anies gagal diusung menjadi capres. Konsekuensinya, pilpres bakal berlangsung adem ayem tanpa perdebatan yang memberi pendidikan politik untuk publik.

        “Karena mereka itu orang-orang yang semuanya secara gagasan, prinsip, napas perjuangan sama dengan tarikan napas politik Jokowi dan kepentingan pemerintah. Maka pilpres adem ayem tidak ada yang menegasi, membantah, menyerang kebijakan politik selama 10 tahun pemerintahan Jokowi,” kata Adi, di Jakarta, Sabtu (18/2/2023).

        Baca Juga: Tolak Mundur Capreskan Anies, NasDem Bongkar Dampak Pilpres Kalau Cuma Diikuti Orangnya Jokowi: Negara di Ambang Bahaya!

        Peluang pilpres hanya diikuti seluruh orang dekat Jokowi dapat dibaca dari pergerakan parpol-parpol membentuk koalisi. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) maupun Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) sama-sama mendengungkan keberlanjutan program pemerintah, kendati belum diketahui siapa yang bakal diusung oleh masing-masing koalisi.

        Seluruh parpol dalam koalisi tersebut merupakan koalisi pendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019. Sementara PDIP yang mengusung Jokowi dalam dua kali pilpres belum melakukan pergerakan membentuk koalisi maupun mengusung kandidat capres.

        Sekalipun begitu, dapat dipastikan koalisi PDIP maupun kandidat yang diusung bakal memiliki corak sama dengan Jokowi. Hanya Koalisi Perubahan gabungan Nasdem, Demokrat dan PKS dengan narasi koreksi dan berupaya mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

        Baca Juga: Pemerintahan Presiden Jokowi Tak Perlu Takut dengan Koalisi Perubahan, Demokrat: Ini Kan Harapan Rakyat

        Dengan demikian terdapat kemungkinan terbentuknya empat poros koalisi yakni KIB, KIR dan PDIP yang sejatinya tanpa berkoalisi bisa mengusung pasangan capres-cawapres. Apabila ketiga poros berkontestasi praktis hanya Koalisi Perubahan yang memiliki alternatif atau memberi nuansa berbeda dalam dialektika demokrasi 2024.

        Celakanya, Koalisi Perubahan belum menunjukkan perkembangan signifikan terkait kepastian Anies bakal maju sebagai capres. Maka muncul spekulasi pilpres hanya diikuti jago atau figur yang dekat dengan Jokowi.

        Adi berharap Koalisi Perubahan tetap berjalan dengan agenda mengusung Anies sebagai capres. Tujuannya agar publik memiliki pembanding untuk memastikan arah bangsa dalam lima tahun ke depan setelah dua periode rezim Jokowi.

        “Apapun judulnya Anies itu selalu diproyeksikan sebagai sosok berbeda, yang berhadap-hadapan bahkan antitesa Jokowi. Sebab basis pendukung Anies adalah mereka-mereka yang saat ini anti bahkan membenci Jokowi,” ujarnya.

        Pada sisi lain, majunya Anies pada Pilpres 2024 bakal membawa risiko kegaduhan serupa Pilgub DKI 2017 maupun Pilpres 2019. Hal ini tak lepas dari basis massa Anies yang cenderung frontal terhadap Jokowi lantaran faktor prinsip maupun ideologi politik.

        Situasi tersebut dapat dilihat dari reaksi ketika Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capres pada Oktober 2022 yang lalu. Muncul riak-riak kegaduhan atau euforia sesaat bagi mereka yang menghendaki adanya koreksi kebijakan pemerintah.

        Selain kegaduhan, program pemerintah seperti megaproyek Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) maupun infrastruktur lainnya terancam tak berlanjut, apabila Anies terpilih. Namun situasi ini sejatinya harus dihadapi dalam pilpres, yang artinya siapapun kandidat yang mengusung keberlanjutan pemerintah memberikan dasar argumen untuk meyakinkan publik.

        Kondisi tersebut dirasa lebih baik dibanding menyajikan publik menu dengan racikan bumbu yang sama tanpa alternatif lain dalam pilpres. Maka hanya ada dua risiko apabila pilpres dengan atau tanpa Anies yakni, pilpres tidak memberi dampak pendidikan politik, adem ayem tanpa intrik atau gaduh tapi penuh dialektika.

        “Kalau 2024 yang bertanding hanya orangnya Jokowi maka situasi adem ayem, tanpa intrik. Kalau Anies maju, gaduh peristiwa 2017 di DKI atau Pilpres 2019 bakal terulang,” terang Adi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: