Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sibuk Safari, tapi Elektabilitas Anies Baswedan Malah Melorot, Pengamat Soroti Lembaga Survei: Sudah Abaikan Objektivitas

        Sibuk Safari, tapi Elektabilitas Anies Baswedan Malah Melorot, Pengamat Soroti Lembaga Survei: Sudah Abaikan Objektivitas Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, mengkritisi hasil survei elektabilitas calon presiden yang selalu menempatkan Anies Baswedan di urutan ketiga. Hasil survei justru selalu menempatkan nama Ganjar Pranowo pada urutan pertama dan diikuti Prabowo Subianto di nomor dua.

        PJamiluddin Ritonga menilai, hasil survei seperti itu tidak masuk akal. Sebab, publik tahu bahwa selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kerap berada di urutan pertama, padahal ketika itu belum melakukan kerja-kerja politik.

        Baca Juga: Beda Sama Anies, Keunggulannya Elite Megawati hingga Erick Thohir Diungkap Habis: Keduanya Miliki Darah Pemilih PPP

        "Setelah Anies intens melakukan safari politik justru elektabilitasnya melorot dan konsisten di urutan tiga. Padahal, setiap Anies safari politik selalu dihadiri lautan manusia," katanya, melansir Akurat.co, Selasa (28/2/2023).

        Menurut Jamiluddin, logikanya elektabilitas Anies seharusnya naik. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Dia mengaku wajar bila banyak anak bangsa yang meragukan hasil penelitian lembaga survei. Keraguan itu tampaknya beralasan karena memang banyak hasil survei kerap tidak sama dengan hasil pilpres atau hasil pileg atau hasil pilkada.

        "Perbedaan hasil itu akhirnya membuat banyak banyak anak bangsa menghiraukan hasil survei," ucapnya.

        Kondisi ini tentu memprihatinkan, mengingat survei seharusnya menjadi instrumen ilmiah dalam berdemokrasi. Namun belakangan, survei menjadi instrumen bagi calon presiden atau partai politik untuk membentuk opini publik.

        "Hasil survei digunakan untuk menggiring opini masyarakat untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas capres atau partai politik. Di sini lembaga survei sudah menjadi partisan sehingga dalam melakukan survei sudah mengabaikan objektivitas," jelas Jamiluddin.

        Baca Juga: Ulama NU Jateng–Jatim Dukung Pencapresan Anies dan Usulkan Cawapresnya AHY, Pengamat: ini Kontribusi NU

        Atas dasar itu, dia berpendapat bahwa hasil survei sudah tidak bisa lagi dijadikan tolok ukur untuk mengetahui popularitas dan elektabilitas seorang capres maupun parpol. 

        "Hasil survei tersebut justru digunakan untuk perang opini untuk memengaruhi masyarakat," pungkas Jamiluddin.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: