RI Diprediksi Alami Kekeringan, Risma Ajak Pegawai Kemensos Manfaatkan Lahan Tanami Umbi-umbian
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mempediksi bahwa Indonesia bakal dilanda musim kekeringan panjang mulai Maret, hingga puncaknya pada Agustus 2023. Menanggapi prediksi tersebut, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengajak jajarannya menanam umbi-umbian yang diharapkan bisa menjadi makanan pendamping beras, seperti ketela pohon, ubi jalar, hingga talas.
"Akan terjadi bencana kekeringan. Kalau terjadi, itu akan mengganggu ketahanan pangan kita. Saya berharap di balai, diklat, rumah, serta kos kalian bisa ditanami bahan makanan, bisa ketela atau yang lain, ubi, apapun pokoknya untuk persiapan makan kita jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Sekarang kita bisa impor kalau kekurangan beras, kalau kekeringan bagaimana," kata Risma dalam sambutannya saat Kegiatan Doa Bersama Lindungi Bangsa dari Bencana di Kantor Kementerian Sosial, Senin (6/3/2023).
Baca Juga: 3 Hari Pascakebakaran Depo Plumpang, Mensos Risma Fokus Beri Layanan Psikososial bagi Para Korban
Risma juga memerintahkan seluruh Balai milik Kemensos agar memanfaatkan lahannya untuk ditanami umbi-umbian. "Di balai yang masih luas ayo kita tanami, kita manfaatkan untuk kita gunakan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, kalau kita siap, tidak akan kaget," ucap Risma.
Nanti, kata Risma, hasil panennya bisa diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. "Nanti untuk kalau ada masyarakat membutuhkan silakan bisa diambil," katanya.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak masyarakat melakukan panen air hujan sebagai langkah mitigasi musim kemarau. BMKG memprediksi musim kemarau di tahun 2023 akan lebih kering jika dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir (2020-2022).
"Mumpung saat ini hujan masih turun, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya menggunakan tandon air atau bak penampung," ungkap Dwikorita usai Kick-off 10th World Water Forum (WWF) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (15/2/2023).
"Saat kemarau nanti, air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau. Utamanya daerah-daerah yang rawan kekeringan seperti Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB)," tambah dia.
Dwikorita menyebut, dalam waktu beberapa bulan yang akan datang, curah hujan dengan kategori intensitas rendah diprediksi dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Sektor-sektor yang terdampak seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian, dan kebencanaan, kata Dwikorita, perlu melakukan langkah antisipatif untuk meminimalkan potensi dampak kekeringan sebagai konsekuensi kondisi curah hujan rendah tersebut.
"Kondisi cuaca yang kering ini berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Langkah pencegahan harus dilakukan semua pihak terkait sebagai bentuk mitigasi dan antisipasi," imbuhnya seperti dikutip laman resmi BMKG, Jumat (17/2/2023).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: