Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ceruk Bisnis Besar Sektor Industri Perkebunan Sawit bagi Perekonomian Nasional

        Ceruk Bisnis Besar Sektor Industri Perkebunan Sawit bagi Perekonomian Nasional Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dalam visi hilirisasi tahun 2045, Indonesia menargetkan menjadi pusat produsen dan konsumen produk turunan minyak sawit dunia sehingga mampu menjadi price setter (penentu harga) CPO global.

        Tidak hanya itu, Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian RI, Putu Juli Ardika, saat membuka acara Updating Technology & Talent Palm Oil Mill (T-POM 2023) Conference dan Expo pada Selasa (7/3) di Jakarta juga menyampaikan, Indonesia juga menargetkan pencapaian rendemen minyak sawit 25% dengan tingkat produksi Tandan Buah Segar (TBS) 25 ton TBS/ha/tahun.

        Baca Juga: Senin Pertama Maret 2023, Harga CPO Domestik Tercatat Segini

        Oleh karena itu, kata Putu, diperlukan sejumlah kebijakan yang perlu dijalankan, antara lain peningkatan produktivitas, hilirisasi pada oleofood, oleokimia, dan biofuel, serta memperkuat ekosistem, tata kelola, dan capacity building.

        Dalam kesempatan tersebut, Putu juga mengungkapkan bahwa teknologi pengolahan minyak sawit mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Lantaran, saat ini minyak sawit tidak hanya diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi sudah bisa untuk menggantikan energi fosil dalam bentuk biodiesel.

        Dari segi ekspor, Putu menyampaikan, hingga tahun 2022, nilai ekspor kelapa sawit Indonesia baik dalam bentuk bahan baku maupun produk turunan sawit tercatat mencapai Rp500 triliun. Di mana ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak inti sawit mentah (crude palm kernel oil/CPKO) tahun 2022 dalam bentuk bahan baku industri hanya 7,52%, selebihnya diekspor dalam bentuk produk turunan.

        "Nilai penjualan minyak sawit dan produk turunannya di pasar dalam negeri mencapai Rp250 triliun. Dengan demikian, bila ditotal, secara keseluruhan perputaran nilai kelapa sawit mencapai Rp750 triliun. Ini tentu ceruk bisnis yang cukup besar bagi perekonomian nasional kita," kata Putu, dilansir dari laman InfoSAWIT.

        Tidak hanya itu, industri pengolahan sawit selama ini juga merupakan salah satu sektor unggulan yang menopang perekonomian nasional. Kinerja ini dibuktikan antara lain melalui kontribusinya sebesar 17,6% terhadap total ekspor nonmigas pada tahun 2021.

        "Dalam kurun 10 tahun, ekspor produk turunan kelapa sawit meningkat cukup signifikan, dari 20% pada tahun 2010 menjadi 80% pada 2020. Hal ini sesuai target peta jalan pengembangan industri hilir kelapa sawit yang diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 Tahun 2010," tutur Putu.

        Baca Juga: Kemendag: Bursa Berjangka CPO Ditargetkan Mulai Efektif Juni 2023

        Saat ini, dikatakan Putu, terdapat 168 jenis produk hilir kelapa sawit yang telah mampu diproduksi oleh industri dalam negeri untuk keperluan pangan, fitofarmaka/nutrisi, bahan kimia/oleokimia, hingga bahan bakar terbarukan/biodiesel FAME. Sementara pada tahun 2011, hanya ada 54 jenis produk hilir kelapa sawit yang diproduksi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: