Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tren Penurunan Produksi Berlanjut, Peremajaan Kebun Sawit Mendesak

        Tren Penurunan Produksi Berlanjut, Peremajaan Kebun Sawit Mendesak Kredit Foto: Boyke P. Siregar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Produksi minyak kelapa sawit terus menunjukkan tren penurunan sehingga menjadi fokus utama para pelaku bisnis di sektor tersebut. Karenanya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) akan mengakselerasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

        Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengungkapkan percepatan PSR sangat penting untuk menyeimbangkan kembali produksi dengan konsumsi dan ekspor. Tanpa adanya percepatan peningkatan produktivitas melalui PSR, dikhawatirkan ekspor anjlok karena untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

        Padahal, sepanjang JanuariFebruari lalu menyumbang devisa sebesar US$5,29 miliar. “Kontribusi ekspor minyak sawit dalam neraca perdagangan Indonesia kontribusinya masih positif. Sampai Februari 2023 masih US$5,29 miliar  sehingga menyebabkan neraca perdagangan kita masih positif,” kata Eddy Martono saat acara Buka Bersama Gapki Bersama Media di Jakarta, kemarin..

        Berdasarkan catatan Gapki, produksi minyak kelapa sawit pada Februari 2023 mencapai 3.883 ribu ton atau masih lebih rendah dibanding Januari 2023 sebesar 3.892 ribu ton. Namun, angka tersebut tidak sebesar penurunan pada Januari terhadap Desember 2022 sebesar 4.300 ribu ton.

        Baca Juga: Peremajaan Sawit Rakyat Kunci Ketahanan Pangan dan Energi

        Merujuk pada tren produksi sawit di tahun-tahun sebelumnya, Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan produksi yang sudah berlangsung sejak September 2022 dan diperkirakan akan segera berakhir. Selain itu, Produksi PKO juga sedikit turun dari 370 ribu ton pada Januari 2023 manjadi 369 ribu ton pada Februari 2023.

        Total volume ekspor pada Fenbruari juga turun menjadi 2.912 ribu ton dari 2.946 ribu ton pada Januari 2023. Meski demikian, nilai ekspor naik menjadi US$2.687 juta pada Februari 2023 dari US$2.605 juta dollar AS pada Januari lalu.

        Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor pada olahan minyak sawit dari 2.121 ribu ton pada bulan Januari menjadi 2.254 ribu ton pada Februari (harga produk olahan lebih tinggi dari harga bahan baku CPO).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Boyke P. Siregar

        Bagikan Artikel: