WE Online, Jombang - BASF, perusahaan kimia asal Jerman, menggelar "Rice Innovation Experience Tour" untuk memperkenalkan inovasi berupa fungisida atau pengusir jamur kepada ratusan petani di Desa Carangrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada Selasa.
"Inovasi ini akan membantu petani Indonesia untuk meningkatkan hasil dan mutu padi sehingga meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani padi," kata Kepala Bisnis Perlindungan Pangan BASF Asia Tenggara Leon van Mullekom.
Menurut Leon, petani Indonesia hanya mampu menghasilkan 4,7 ton gabah per hektare, sedangkan petani di Vietnam dan Tiongkok mampu menghasilkan 5,6 dan 6,5 ton gabah per hektare. "BASF mengeluarkan dana 250 juta euro untuk biaya pengembangan dan penelitian fungisida yang mampu menghalau penyakit blas padi, sehingga mampu meningkatkan panen padi," ucap Leon.
Penyakit blas padi adalah salah satu penyakit umum yang menyerang padi yang disebabkan oleh jamur "Magnaporthe grisea" yang menyebabkan leher tanaman padi membusuk dan patah. "Rice Innovation Experience Tour" dihadiri oleh Wakil Bupati Jombang Munjidah Wahab, Camat Kesamben Supadhil, beberapa kepala desa dan ratusan petani dari beberapa daerah di Jawa Timur.
BASF memilih Kabupaten Jombang sebagai lokasi untuk memperkenalkan dan mempraktikan inovasi baru, karena merupakan salah satu kabupaten penghasil padi terbesar di Jawa Timur bersama dengan Banyuwangi, Ngawi, dan Lamongan.
Sebanyak 60 persen dari total penduduk di Jombang bekerja sebagai petani dengan lahan sawah hampir separuh luas wilayah kabupaten. "Acara ini diharapkan mampu membantu Jombang mencapai target panen 436.207 ton gabah kering giling pada 2015," kata Wakil Bupati Jombang Munjidah Wahab.
Selain meninjau kemampuan produk inovasi padi secara langsung di lapangan, wakil bupati dan rombongan juga melakukan panen raya padi seluas 425 hektare di Desa Carangrejo.
Pada Januari 2015, Jombang telah memanen 7.000 ton gabah kering giling. Sebelumnya pada 2014, Jombang berhasil mencapai surplus produksi padi sebanyak 145.000 ton. "Hama dan penyakit yang banyak menjadi kendala adalah hama tikus, hama wereng coklat dan penyakit blas padi. Inovasi diharapkan mampu meningkatkan produktifitas petani," tutur Munjidah, berharap. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Achmad Fauzi
Tag Terkait: