Bos OpenAI Gak Suka Konsep Kerja Jarak Jauh: Salah Satu Kesalahan Terburuk di Industri Teknologi
CEO OpenAI Sam Altman berujar bahwa startup akan berjalan paling efektif ketika karyawan bekerja bersama di kantor. Sebagaimana diketahui, beberapa perusahaan ada yang tetap mengizinkan bekerja jarak jaruh meski pandemi Covid-19 telah berakhir.
"Saya pikir pasti salah satu kesalahan terburuk industri teknologi dalam waktu yang lama adalah bahwa semua orang bisa bekerja jarak jauh selamanya, dan startup tidak perlu bersama secara langsung dan, Anda tahu, tidak akan ada kehilangan kreativitas," katanya.
"Saya akan mengatakan bahwa eksperimen tentang itu sudah berakhir, dan teknologinya belum cukup baik sehingga orang dapat sepenuhnya berada jauh selamanya, terutama pada perusahaan rintisan."
Melansir Yahoo Finance di Jakarta, Senin (8/5/23) Altman tak sendirian. Banyak CEO menuntut agar karyawan jarak jauh menghabiskan lebih banyak waktu di kantor. Selama pandemi, kerja jarak jauh atau jadwal kerja hybrid menjadi satu-satunya pilihan bagi banyak pekerja kantor, dan banyak yang lebih suka berada di kantor setiap hari kerja.
Sementara itu, perusahaan Lyft memerintahkan pekerja jarak jauh kembali ke kantor minggu lalu satu hari setelah merumahkan lebih dari 1.000 karyawan, atau sekitar 26% dari tenaga kerja. Karyawan sekarang harus datang pada hari Senin, Rabu, dan Kamis, dengan rekomendasi hari Selasa.
Banyak pekerja jarak jauh berpendapat bahwa bekerja dari rumah baik-baik saja, dan mereka tidak ingin kembali ke kantor pra-pandemi dan rutinitas perjalanan.
Dalam survei Pew Research yang dirilis bulan lalu, 56% responden mengatakan bekerja dari rumah membantu mereka menyelesaikan pekerjaan dan memenuhi tenggat waktu, sementara 37% mengatakan itu tidak membantu atau merugikan.
"Saya merasa sangat kuat bahwa startup membutuhkan banyak waktu tatap muka, dan semakin rapuh dan bernuansa serta tidak pasti serangkaian ide, semakin banyak waktu yang Anda butuhkan bersama secara langsung," ujarnya.
OpenAI hari ini bernilai hampir USD30 miliar (Rp441 triliun) meskipun baru didirikan tujuh tahun lalu. Dan CEO di mana pun ingin memanfaatkan peningkatan produktivitas yang dimungkinkan oleh alat seperti ChatGPT dan GPT-4.
Salah satunya CEO IBM Arvind Krishna yang minggu ini perusahaannya akan menghentikan perekrutan untuk peran yang menurutnya dapat diganti dengan kecerdasan buatan di tahun-tahun mendatang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami