Upaya tiga partai, Golkar-Gerindra-PKB untuk mengajak Demokrat gabung dalam Koalisi Besar makin kencang. Setelah Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar, kini giliran Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang akan bertemu Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Manuver Gerindra cs ini wajar kalau membuat parpol lain dari koalisi pengusung Anies Baswedan dagdigdug.
Kabar rencana pertemuan Prabowo dan SBY diungkapkan Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution di akun Twitternya, kemarin. Kata dia, silaturahmi Demokrat dengan parpol yang kini berada dalam Koalisi Perubahan yakni NasDem dan PKS, terjalin dengan baik.
Tak hanya dengan partai koalisi, Demokrat juga menjalin silaturahmi dengan parpol lain seperti Golkar dan PKB. Bahkan, kedua ketum parpol itu yaitu Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar, sudah bertemu langsung dengan SBY. Kini, gantian Prabowo yang direncanakan bertemu dengan SBY.
“Rencananya @Gerindra pun akan lakukan hal yang sama. Inilah 'Koalisi Besar' untuk bangsa," kata Syahrial.
Syahrial menyampaikan, langkah parpol saling bersilaturahmi sebagai bentuk penghormatan terhadap semua potensi anak bangsa. Sebab negara ini tak bisa diurus oleh satu atau dua kelompok saja.
"Parpol yang eksklusif, mau menang sendiri, berprinsip the winner takes all akan sulit diajak musyawarah untuk kebaikan bangsa. Jangan-jangan ada beban ideologis yang sengaja dilindungi? Semua serba mungkin," ujar Syahrial.
Kapan Prabowo akan bertemu SBY? Syahrial bilang dalam waktu dekat. "Gerindra yang tahu jadwalnya," kata Syahrial.
Dihubungi terpisah, Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco membenarkan rencana pertemuan Prabowo dengan SBY itu. Kata dia, Prabowo memang mengagendakan untuk bertemu dengan tokoh-tokoh politik pada saat Lebaran dan setelah Lebaran untuk silaturahmi dan halalbihalal. Termasuk juga dengan Partai Demokrat.
Meski demikian, Dasco belum bisa memastikan kapan pertemuan tersebut digelar. "Tapi untuk realisasi pertemuannya saya belum dapat kabar pasti untuk kapan dan di mananya," lanjut Wakil Ketua DPR tersebut.
Sebelumnya, SBY sudah bertemu dengan Airlangga Hartarto, di kediaman SBY, Puri Cikeas. Usai pertemuan itu, kedua parpol sepakat bahwa semua parpol bisa bersama-sama membangun negeri. Karena sistem demokrasi di Indonesia tidak menganut the winner takes it all, atau pemenang bisa menguasai semuanya.
Menanggapi pertemuan Prabowo dengan SBY, partai koalisi yang sudah mengusung Anies Baswedan sebagai capres mencoba bersikap tenang meskipun dagdigdug. Sebab, bila Demokrat akhirnya bisa ditarik, maka Koalisi Perubahan terancam bubar. Sebab, bila hanya NasDem dan PKS, maka tidak cukup memenuhi persyaratan untuk mengusung Anies Baswedan.
Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsy mengklaim, koalisi pendukung Anies sudah solid dan rapi. Dia optimis, meskipun SBY dilobi 3 ketum parpol, tak akan mengganggu soliditas dalam Koalisi Perubahan.
"Kami sudah sepakat mengusung Anies Baswedan sebagai capres di Pilpres 2024," kata Aboe, kemarin.
Lebih jauh, Aboe mengapresiasi pertemuan SBY dengan sejumlah ketum parpol. Menurut dia, silaturahmi antar sesama elite partai adalah hal yang wajar dan patut dikedepankan menjelang kontestasi demokrasi lima tahunan. Dia optimis pertemuan itu bisa memperkuat Koalisi Perubahan.
Sebelumnya, Ketum NasDem Surya Paloh yakin Demokrat akan tetap setia dalam koalisi mengusung Anies. Hal tersebut disampaikan setelah SBY bertemu Airlangga, Muhaimin Iskandar dan teranyar akan bertemu Prabowo.
"Saya menaruh selalu positif thinking dan keyakinan itu. Karena cuma itu modal saya sekarang ini,” kata Poloh, Senin lalu.
Paloh yakin karena ketiga parpol sudah meneken kerja sama politik dalam pembentukan koalisi. “Kalau itu tidak kita yakini dan ada kegoncangan perasaan dan hati kita, wah, kita akan kehilangan modal besar untuk melanjutkan etape perjuangan ke depan,” sambung dia.
Menurut Paloh, pertemuan SBY dengan para ketum parpol ini menunjukkan keputusan mengusung Anies sangat diperhitungkan oleh pihak lain. “Jawaban yang paling sederhana dan common sense kita, karena dia berharga. Coba enggak ada harga, untuk apa diganggu?," ungkapnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai harusnya pertemuan para elite parpol jelang pilpres sebagai hal yang wajar. Namun menjadi masalah, bila pertemuan itu mengancam keberadaan koalisi yang sudah ada.
Misalnya, pertemuan yang dilakukan antara Golkar, PKB dan Gerindra dengan SBY. Hal yang patut dicermati adalah manuver menarik Demokrat ke luar dari Koalisi Perubahan dan gabung dengan Koalisi Besar. Dalam situasi politik yang makin cair ini, segala kemungkinan bisa saja terjadi.
“Wajar kalau kemudian NasDem dan PKS yang sudah sepakat mengusung Anies bisa tidak tenang dengan pertemuan SBY dan Prabowo. Khawatir Demokrat benar-benar koalisi dengan Golkar, Gerindra dan PKB,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat