Pembangunan Desa Masa Kini, Ridwan Kamil Beber Soal Kepemimpinan dan Digitalisasi
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada Rabu (31/5/2023) menekankan bahwa kepemimpinan yang baik, digitalisasi, dan teknologi dapat sebagai kunci dari pendekatan masa kini untuk pembangunan desa.
“Saya percaya, ada dua elemen penting dari seorang pemimpin. Yang pertama, kepribadian yang baik, dan yang kedua, kepemimpinan yang transformatif. Bicara soal transformasi tidak terlepas dari digitalisasi. Bicara soal transformasi, sebagai contoh, ketika pandemi melanda, kami membuat sebuah super app besutan Jabar Digital Service (JDS), yang bernama PIKOBAR (Pusat Informasi & Koordinasi COVID-19 Jawa Barat) untuk mengsimplifikasi penanganan pandemi COVID-19,” kata pria lulusan pascasarjana University of California (UC) Berkeley ini.
Baca Juga: BOSF dan Ridwan Kamil Sebut Pembangunan Desa Kunci Penting Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Bukan hanya itu, Ridwan Kamil, yang juga Distinguished Fellow Blue Ocean Strategy Fellowship (BOSF) dalam kuliah umum bertema “Pendekatan-pendekatan Baru terhadap Modernisasi Desa”, juga menyampaikan bahwa peranan anak muda merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses modernisasi desa.
Dengan visi Jawa Barat “Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi”, Ridwan Kamil selalu mengedepankan data sebagai basis pengambilan keputusan dan berbagai inovasi serta kolaborasi yang dijalankan di berbagai aspek pemerintahan.
“Bukan hanya digitalisasi, pendekatan baru untuk membangun desa juga harus melibatkan pemuda. Saya mengajak anak-anak muda Jawa Barat untuk bergabung dalam program Petani Milenial. Kami bantu dari segi pembiayaan lewat Bank BJB, setelah hasil panen siap, komoditas tani dibeli oleh BUMD, bahkan kami bantu juga segi pemasaran melalui e-commerce. Masa depan sudah berganti, tidak semua orang harus hidup di kota untuk menjadi sukses dan bermanfaat. Tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia, itu yang menjadi slogan kami,” tutup Ridwan Kamil.
Pemerintahan Ridwan Kamil sebagai gubernur mendorong berbagai upaya dan anggaran signfikan telah dialihkan ke desa untuk menjembatani kesenjangan dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat setempat.
Pria yang akrab disapa Kang Emil memiliki cita-cita untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat Jawa Barat melalui kolaborasi dan inovasi sebagai landasan kepemimpinannya di provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Pulau Jawa ini.
Dalam kurun waktu empat tahun kepemimpinan Ridwan Kamil, Provinsi Jawa Barat berhasil memajukan 977 desa tertinggal dan sangat tertinggal. Tercatat per hari ini, sudah tidak ada desa tertinggal dan sangat tertinggal di Provinsi Jawa Barat yang dicapai melalui program GERBANG DESA (Gerakan Membangun Desa) untuk mencapai ‘zeroing underdeveloped village’ di Jawa Barat.
Sebagai tuan rumah Kuliah Umum BOSF Kedua, Ketua Dewan Penasehat School of Government and Public Policy (SGPP) Indonesia Gita Wirjawan menyampaikan kata sambutan untuk membuka acara ini.
Dalam kesempatan ini, Gita menyampaikan apresiasi kepada Ridwan Kamil untuk inovasi-inovasi yang telah dikerjakan selama masa pemerintahannya di Jawa Barat.
“Kami semua di SGPP sangat senang kedatangan Pak Gubernur, Kang Emil di kampus kami sore hari ini. Bukan hanya dalam konteks Jawa Barat, namun beliau ini sudah menginspirasi kita semua di Indonesia. Saya ingin menyoroti tiga hal dari kepemimpinan Kang Emil, di luar begitu banyak pencapaian Pemprov Jawa Barat. Yang pertama, peran digitalisasi untuk memperkuat ekonomi; yang kedua, meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat Jawa Barat; dan yang ketiga, membangun berbagai infrastruktur keras maupun lunak untuk mendorong kemajuan Provinsi Jawa Barat,” papar Gita.
Adapun mitra dari BOSF di Indonesia, President of Sampoerna University Dr. Marshall Schott menyampaikan bahwa kemitraan ini merupakan kolaborasi strategis bagi Sampoerna University guna meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya membangun Indonesia dari desa sehingga tidak hanya terlarut dalam hiruk pikuk kehidupan urban dan melupakan masyarakat desa.
“Pada kesempatan ini, Sampoerna University ingin menyampaikan terima kasih kepada Pak Gita, Pak Ony dan seluruh tim SGPP sebagai mitra kami yang luar biasa selama program BOSF berjalan. Tentunya, terima kasih juga kepada Blue Ocean Global Network yang telah menginisiasi program ini untuk kemajuan Indonesia. Kebijakan publik adalah elemen yang sangat penting untuk dipelajari generasi muda yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Ridwan Kamil. Merupakan suatu kehormatan bagi kami memiliki Pak Ridwan sebagai Distinguished Fellow BOSF 2023. Pak Ridwan adalah sosok pemimpin yang mampu mengalokasikan sumber daya secara strategis di Jawa Barat. Beliau bukan hanya cerdas, tetapi juga memiliki empati yang besar terhadap rakyatnya,” kata Marshall.
Acara ini juga dihadiri oleh CEO School of Government and Public Policy (SGPP) Ony Avrianto yang juga menjabat sebagai Co-chair program BOSF di Indonesia.
Setelah sesi Kuliah Umum, kegiatan ini juga dilanjutkan dengan sesi Diskusi Panel yang diisi oleh Distinguished Fellow Ridwan Kamil, CEO & Co-founder Mindtera Tita Ardiati, Head of Public Policy Diageo Indonesia Pirhot Nababan, Monitoring and Evaluation Specialist untuk Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sulawesi Tengah Malindo Andhi Saputra Marpaung, dan Program Coordinator – English Program British Council Indonesia Dian Yulianti Anggraini Pulumahuny, yang saat ini juga merupakan kandidat mahasiswa pascasarjana di School of Government and Public Policy.
Adapun Pemerintah Provinsi Jawa Barat berfokus pada tiga pilar utama transformasi perdesaan, yaitu transformasi digital, ketahanan ekonomi dan sosial, serta pembangunan infrastruktur. Melalui transformasi digital, pemerintah bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang dapat membantu peningkatan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan daerah serta mendorong kewirausahaan dan inovasi di daerah pedesaan.
Selain itu, menciptakan lapangan kerja juga merupakan pilar transformasi pedesaan guna mendorong kohesi sosial, ketahanan ekonomi dan sosial yang berbasis masyarakat. Yang terakhir, investasi pada pembangunan infrastruktur, termasuk jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya, untuk meningkatkan akses ke layanan esensial dan menghubungkan daerah pedesaan dengan kota.
BOSF berharap, hadirnya program ini dapat mendukung pemerintah dalam membuat kebijakan publik yang relevan dan menjawab tantangan masa kini, guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dalam hal ini khususnya melalui pembangunan desa.
Adapun BOSF adalah program thought leadership yang bertujuan menghasilkan pendekatan inovasi yang efektif untuk memecahkan isu atau permasalahan pada sektor publik dan swasta di Indonesia.
Diselenggarakan melalui kerja sama dengan Sampoerna University (SU), School of Government and Public Policy (SGPP) Indonesia dan Blue Ocean Global Network, BOSF menjalankan program fellowship ini selama lima bulan guna berbagi inovasi dan pemecahan masalah yang menjadi fokus pembangunan di Indonesia, salah satunya pembangunan desa.
Sebagai penutup rangkaian program ini, BOSF akan menggelar CEO Roundtable pada Juni mendatang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: