Kemitraan erat yang terjalin antara ASEAN dan Jepang selama 50 tahun akan mengakselerasi penguatan integrasi perekonomian dan membentuk kawasan perdagangan bebas serta meningkatkan daya saing di pasar global.
Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid menyatakankemitraan ASEAN-Jepang yang sudah terbangun selama 50 tahun akan mempercepatliberalisasi dalammemfasilitasi perdagangan barang, jasa, dan investasi di kawasan.
“Tahun ini akan dirayakan setengah abadhubungan kerja sama ASEAN-Jepang. Selain itu, tahun ini juga menandai kepemimpinan Jepang sebagai Ketua G7 dan Indonesia sebagai Ketua ASEAN-BAC. Ini menjadimomentum sangat baik bagi ASEAN-BAC untukmempererat hubungan perdagangan dan investasi dengan Jepang,” kata Arsjad di Tokyo, Jepang, kemarin.
Ketua Umum Kadin ini bersama delegasi berada di Tokyo,dalam rangka roadshow kepemimpinan Indonesia pada ASEAN-BAC Tahun 2023. Sebelumnya, Arsjad juga telah melakukan roadshowke Malaysia,Filipina, Singapura, Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, Myanmar, Laos, dan Inggris.
Arsjad mengungkapkan sebagai pemegang keketuaan ASEAN Tahun 2023,Indonesia dan Jepang juga akan merayakan 65 tahun hubungan diplomatik kedua negara. G7 dan ASEAN, lanjutnya,merupakan organisasi dunia yangberpengaruh dalam perpolitikan dan perekonomian dunia.
“Jepang adalah negarayang rajin berinvestasi di ASEAN. Interaksi Jepang dengan ASEAN sangat intensif dan telah dimulai sejak ASEAN dibentuk. Bahkan, Jepang sampai saat ini merupakan mitra dialog terpercaya ASEAN,” jelas Arsjad.
Selama berada di Tokyo, Arsjad juga menandatangani tiga nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan ChairmanJapan External Trade Organisation (JETRO) Norihiko Ishiguro.
Ketiga MoU yang ditandatangani terdiri atas, penyelenggaraan KTT Pemimpin Bisnis Muda ASEAN-Jepang dan KTT Pemimpin Bisnis Generasi Z, ASEAN-Japan Co-Creation Fast Track Initiative untuk mengakselerasiinovasi global terbukaperusahaan startup Jepang.
“Kami juga sepakatmempromosikan kerja sama Asia Zero Emission Community (AZEC) dan ASEAN Net Zero Hub. Asia Tenggara adalah salah satu kawasanyang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dampak iklim di kawasan inisangat serius, karena berpotensimempengaruhi masyarakat yang rentan dan menempatkan jutaan orangke jurang kemiskinan ekstrem,” kata Arsjad.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar