Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cegah Hipertensi dengan Diet Rendah Garam

        Cegah Hipertensi dengan Diet Rendah Garam Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saat ini, hipertensi masih menjadi salah satu penyebab kematian nomor satu di dunia. Di masa pandemi, angka kematian tertinggi berasal dari pasien dengan komorbid hipertensi. Salah satu cara untuk mencegah hipertensi adalah dengan mengurangi konsumsi garam dan menggantikannya dengan glutamat atau lebih dikenal dengan nama MSG (monosodiumglutamat).

        Dokter Spesialis Gizi Klinik Yohan Samudra mengatakan, jumlah maksimum garam yang boleh dikonsumsi ialah satu sendok teh sehari atau sekitar 2.000-2.300 mg natrium. Kata Yohan, glutamat bisa menggantikan peran garam dalam makanan. Makanan yang sehat, kata Yohan, menjadi awal dari keluarga sehat dan bahagia.

        Baca Juga: Biar Nggak Terkena Penyakit ISPA, Simak Yuk Tips Sehat di Tengah Buruknya Kualitas Udara

        "Glutamat itu ada di MSG. 1 gram MSG itu mengandung 133 mg natrium, sedangkan garam mengandung 400 mg natrium. Karena itu, jauh lebih baik menggunakan MSG dibandingkan garam dan bisa mencegah penyakit hipertensi," kata Yohan di webinar "Ibu Sehat dan Bahagia Kunci Keluarga Sejahtera" yang diselenggarakan Katadata dan PT Ajinomoto Indonesia, kemarin.

        Yohan menegaskan, sudah banyak penelitian yang dilakukan terkait keamanan konsumsi MSG. Semua stigma buruk terkait MSG sudah dibantah dengan penelitian. Kata dia, di Eropa dan Amerika serta di Indonesia melalui Kemenkes dan juga Badan POM sudah menyatakan penggunaan MSG aman dan tidak ada efek samping.

        "Berapa banyak sebenarnya yang dikatakan aman untuk menggunakan MSG? Tentunya dengan takaran secukupnya karena kalau terlalu banyak akan membuat rasa makanan tidak enak, jadi after taste-nya menjadi pahit. Jadi, gunakan MSG secukupnya sesuai resep dan anak di atas 1 tahun juga sudah boleh mengonsumsi MSG sebagai variasi makanan," jelas Yohan.

        Yohan mengungkapkan bahaya lain dari konsumsi garam yang berlebihan selain hipertensi, yakni serangan jantung hingga stroke. Karena, jumlah garam yang berlebihan akan membuat pembuluh darah kaku sehingga aliran darah susah untuk lewat dan berpotensi membuat pembuluh darah pecah.

        Dalam jangka panjang, kata Yohan, risiko penyakit dari konsumsi garam yang berlebihan adalah gagal ginjal akut. Yohan meminta konsumen berhati-hati dalam mengonsumsi makanan dengan kandungan garam tersembunyi.

        "Contohnya kondimen seperti saus sambal, mayonaise, kecap manis, fast food, Chinese food, keripik, bakso, tongseng dan juga gulai. Semua makanan itu mengandung garam yang tersembunyi," jelasnya.

        Yohan mengatakan, keluarga yang sehat biasanya berawal dari makanan yang keluar dari dapur. Karena itu, ibu memegang peranan penting dalam keluarga untuk mencegah terjadinya obesitas akibat menggunakan garam secara berlebihan dalam makanan.

        Psikolog Klinis Nia Paramita mengungkapkan, kaum perempuan lebih sering mengalami depresi dibandingkan laki-laki. Stres menjadi salah satu penyebab terjadinya depresi.

        Baca Juga: Hindari Penyakit IMS, Klinik Pramudia Terus Lakukan Edukasi pada Masyarakat

        Menurut dia, makanan bisa membantu mengurangi stres yang dialami ibu. Contohnya, apabila sudah terdiagnosis sakit lambung jangan mengonsumsi makanan yang kecut dan pedas. Apabila mempunyai penyakit hipertensi, jangan goda tubuh dengan konsumsi garam.

        Sementara itu, Head of Public Relations Department PT Ajinomoto Indonesia, Grant Senjaya, mengatakan bahwa pihaknya akan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat luas mengenai pentingnya diet garam. 

        "Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari kampanye Bijak Garam Ajinomoto. Melalui kampanye Bijak Garam yang sedang kami giatkan ini, Ajinomoto ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam mengolah makanan, tetapi tetap bisa memperoleh cita rasa yang tinggi," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: