Sri Mulyani Tagih Janji Negara Maju Kucurkan US$100 Miliar Per Tahun untuk Transisi Energi
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa negara maju telah berkomitmen untuk menyumbangkan dana sebesar US$100 miliar per tahun untuk mengatasi perubahan iklim. Namun, komitmen tersebut belum terpenuhi hingga kini.
Hal tersebut disampaikan Ani, sapaan akrabnya, dalam gelaran Paris Summit for a New Financing Pact yang dipimpin Prancis dan India selaku Presidensi G20 2023.
"Langkah konkret dari negara maju sangat dibutuhkan untuk membantu pendanaan aksi iklim, termasuk melalui pemenuhan komitmen sebesar US$100 miliar per tahun yang hingga saat ini masih belum terpenuhi," kata Ani dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (25/6/2023).
Baca Juga: Negara Dituding Bokek, Anak Buah Sri Mulyani Bantah Pakai Data dan Fakta
Ia menegaskan bahwa dalam menghadapi perubahan iklim, suatu negara tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kerja sama global untuk menghadapi tantangan ini, baik dari sisi pembiayaan, teknologi, dan keahlian untuk mencapai transisi yang adil dan terjangkau bagi semua.
Menurutnya, saat ini, banyak negara berkembang memiliki keterbatasan dalam pendanaan perubahan iklim. Oleh karena itu, diperlukan dukungan sistem keuangan global termasuk bank pembangunan multilateral dalam mengatasi kesenjangan pembiayaan (financing gap), terutama untuk negara berkembang.
Di samping itu, diperlukan antisipasi dampak perubahan iklim dengan intensitas lebih tinggi yang berbahaya dan mengakibatkan kehilangan dan kerusakan (loss and damage), baik pada alam maupun manusia. Berbagai upaya dan antisipasi yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan kapasitas bank pembangunan multilateral dan lembaga keuangan.
"Termasuk memprioritaskan fasilitas hibah dan concessional financing lainnya,” bebernya.
Sebelumnya, dalam pembukaan pertemuan the Paris Summit for a New Financing Pact, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan dunia membutuhkan gebrakan keuangan publik (public finance shock) untuk menghadapi tantangan dari perubahan iklim. Mengingat sistem keuangan global saat ini dinilai belum dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan untuk penanganan tantangan global.
Para pembuat kebijakan dan negara-negara diharapkan tidak mengembangkan kebijakan untuk mempertandingkan antara upaya mengentaskan kemiskinan dengan upaya melindungi planet. Sebab keduanya upaya tersebut seharusnya berjalan beriringan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti