Founder Toko Kopi TUKU Andanu Prasetyo, Ciptakan Kopi Susu Favorit Masyarakat Hingga Punya 40 Kedai Kopi
CEO and Founder MAKA (Makna Angan Karya Andanu), Andanu Prasetyo merupakan pemilik rantai Toko Kopi TUKU. Pria berusia 34 tahun ini sudah mendirikan TUKU sejak tahun 2015, empat tahun sejak lulus kuliah dari Prasetya Mulya jurusan Manajemen Bisnis.
Pria yang biasa disapa Tyo ini sudah mempelajari soal kopi sejak tahun 2008 karena tertarik dengan keberagaman jenis kopi di Indonesia. Sejak itu, Tyo merasakan keresahan terhadap bisnis kopi di Indonesia. Terutama dari segi konsumsi.
Baca Juga: Berawal dari Kepepet, Nanik Sukses Buat Pangan Lokal Jadi Berkelas Lewat Pisang Goreng Madu Bu Nanik
Setiap kali ke luar kota atau ke luar negeri, Tyo melihat rendahnya konsumsi kopi di Indonesia, padahal Tanah Air tercinta ini merupakan produsen dari berbagai jenis kopi di dunia. Berawal dari sanalah Tyo memikirkan cara untuk meningkatkan konsumsi kopi di Indonesia.
Adapun cara yang Tyo lakukan adalah dengan mencari rasa yang disenangi masyarakat Indonesia, akses yang mudah, serta harga yang terjangkau. Tyo merasa terpanggil untuk mengelola bisnis kopi ini.
1. TUKU hari ini dikenal sebagai lokomotif bisnis kopi di Indonesia, kira-kira apa inovasi yang telah diterapkan dan berhasil menggaet pasar?
Di tahun 2010 awal, kita sudah dikenalkan dengan berbagai kopi oleh para pelaku bisnis kopi lain, tetapi problem-nya adalah meskipun kita bilang kopi Indonesia itu yang paling enak dan berkarakter, tetapi kalau tidak dikonsumsi sehari-hari kita tidak mendapatkan perputaran volume-nya.
Dari situlah aku mencari kesukaan rasa warga sekitar, bisa menunjukkan cita rasa kopi Indonesia tetapi harganya terjangkau. Nah, untuk menjadi lokomotif, aku harus membuka pintu-pintu baru, termasuk membuka harga kopi seharga Rp18 ribu dengan kopi Arabica yang grade-nya cukup baik.
Kemudian kami juga melakukan eksplorasi minuman, seperti Kopi Susu Tetangga menggunakan gula aren. Lalu saat pandemi, kita mencoba bertahan dengan meluncurkan kopi botolan 1 liter yang masih berjalan hingga hari ini.
Jadi ya, bukan tentang apa yang bisa kita lakukan, tetapi tentang untuk terus penasaran mencari bentuk terbaiknya industri kopi Indonesia. Sehingga cara termudah yang bisa kita lakukan yaitu terus ngobrol dengan Tetangga TUKU (customer setia TUKU), mencari alasan baru untuk orang lebih banyak ngopi. Serta untuk kami sebagai pelaku usaha harus berbuat apa, sebagai pelaku industri harus ngapain, dan kami sebagai suatu ekosistem harus bersinergis seperti apa.
2. Dengan pertumbuhan banyak bisnis kopi di Indonesia, apakah ada rencana inovasi lain ke depannya?
Secara inovasi, kami terus mendengar dan belajar dari Tetangga TUKU. Kami terus eksplorasi rasa dan mencari produk baru agar kami terus menjadi pelaku es kopi terbaik, seperti es kopi gula aren. Kami juga terus eksplorasi kira-kira produk apa lagi yang akan dibutuhkan pasar.
Selain itu, kami juga akan membuat brand TUKU tidak hanya untuk kopi, tetapi sebagai brand lokal. Salah satu eksplorasi yang kami lakukan adalah dengan membuat Toserbaku yaitu Toko Serba TUKU agar tetap dekat dengan Tetangga TUKU. Sehingga yang kami jual barang-barang sederhana seperti ikat rambut, jepit rambut, kolaborasi dengan lip balm dan Disney untuk semakin dekat dengan keluarga. Terbaru, TUKU juga membangun kolaborasi dengan Toyota.
Eksplorasi yang terus kami lakukan adalah upaya untuk tetap dekat dengan Tetangga TUKU, sehingga secara bisnis akan terus bertumbuh.
3. Bisa tolong diceritakan bagaimana strategi bisnis/marketing yang selama ini dilakukan TUKU hingga punya 40 kedai kopi?
Kami tidak terlalu membuat penekanan dalam marketing, karena harga kami sudah cukup terjangkau sehingga ruang marketing tidak terlalu banyak. Tetapi yang perlu di highlight adalah kami percaya setiap perkembangan produk dan setiap kegiatan yang kami lakukan untuk mencari yang relevan. Jadi yang kami inginkan adalah ketika orang ingin membeli TUKU karena memang penasaran dan suka dengan rasanya, bukan karena promosi.
Meski demikian, kami gencar melakukan publikasi di sosial media dan kegiatan offline. Sehingga dari segi market, mereka mengetahui kegiatan TUKU. Kemudian dari segi ekspansi, kami terus mencari lokasi-lokasi baru setiap harinya agar TUKU mudah diakses oleh Tetangga TUKU dan semakin banyak orang yang mencoba Es Kopi Susu Tetangga.
Jadi, perlahan tapi pasti, pertumbuhan tetap kami lakukan. Cepat atau lambat sangat relatif untuk kami. Selagi ada kesempatan, kami terus bergerak ke arah sana. Karena itu, kami lebih menekankan pada value produk dan akses yang mudah dicapai.
4. Hari ini persaingan bisnis kopi semakin ketat dan gencar, apa strategi TUKU untuk bisa tetap survive dan stand-out?
Kami selalu menekankan pentingnya tetap relevan dengan Tetangga TUKU. Dan ini adalah strategi terbaik kami karena kami tumbuh lewat hal yang sederhana. Selagi kami terus mendengar dan dapat mencari jawaban dengan relevan, pasti ada hal baik yang bisa diakumulasikan secara bisnis yang membuat kami punya posisi lebih baik daripada pesaing.
Karena untuk bersaing tidak perlu menjadi No. 1, tetapi bagaimana kita mendapatkan hati market dan imej yang membuat konsumen setiap kali mendengar kopi, langsung teringat Kopi TUKU.
5. Bisa dijelaskan mengapa TUKU tidak membuka sistem kemitraan atau waralaba?
Kami belum memiliki sistem yang cukup valid untuk dapat memastikan value yang ingin disampaikan TUKU tersalurkan pada sistem waralaba. Kami dari awal disenangi karena hal-hal sederhana, meski bukan berarti harus tumbuh lebih lambat, tetapi kami harus bijak dalam mengambil langkah konsistensi agar nilai-nilai yang dimiliki TUKU tetap dapat tersampaikan.
6. Bisa dibocorkan soal kinerja keuangan atau bisnis terbaru dari TUKU? Dan apa target TUKU dalam 5 tahun ke depan?
Alhamdulillah pertumbuhan TUKU hingga hari ini terus positif, bahkan melampaui ekspektasi kami karena kami bertumbuh secara organik. Dalam 5 tahun ke depan, harapannya TUKU bisa memasuki level nasional dan memiliki ratusan cabang. Di tahun 2023 ini kami menargetkan bisa memperluas cabang hingga 50 toko.
7. Selama menjabat sebagai CEO PT Makna Angan Karya Andanu (MAKA), apa saja tantangan dalam mengelola tim MAKA, khususnya TUKU?
Tantangan yang masih terus dihadapi sejak dulu hingga hari ini adalah menyamakan persepsi tentang diri kita dan bagaimana kita melihat brand. Terkadang, ketika bisnis meminta bertumbuh, tim bisnis, termasuk aku sendiri, masih merasa kecil dan belum mampu. Atau di saat kita melihat SDM ingin tumbuh, tetapi pengambilan keputusan masih ragu.
Yang paling berat saat ini adalah me-manage semua tim agar terus menjaga nilai TUKU dan terus penasaran untuk bertumbuh serta membawa perusahaan lebih besar lagi. Karena itu semua dimulai dari mental. Sebagai pemimpin, aku harus bisa memberikan mimpi serta langkah-langkah konkrit yang harus diambil bersama tim. Karena untuk bertumbuh, kami perlu lebih solid lagi.
Kami percaya hal sederhana, baik di internal dan eksternal yaitu Tetangga TUKU, itulah yang membawa kami hingga sekarang.
Ini karena banyak cara membuat kopi, tetapi penyediaan kopi ini untuk siapa? Karena itulah penting untuk tetap relevan dengan mendengar Tetangga TUKU, karena dari sanalah terjadi pertukaran nilai. Yang awalnya kami hanya mampu produksi 20 kg kopi per bulannya, hari ini kami sudah mampu memproduksi 20 ton kopi per bulannya. Kami harus fokus pada matriks utama kami yaitu meningkatkan konsumsi kopi di Indonesia.
8. Setiap bisnis pastinya memiliki budaya atau culture yang membedakan bisnis lainnya, penanaman kepemimpinan seperti apa yang diberlakukan oleh Mas Andanu?
Kami menekankan peduli dan terus penasaran. Kami selalu menekankan fokus pada solusi dan fokus pada pelanggan.
Rasa penasaran ini adalah saat kita terus berusaha untuk lebih baik lagi dan berprasangka baik kepada Allah SWT dari setiap hal yang kita lalui. Kami percaya ada rezeki orang lain yang dititipkan kepada kami, karena itu kami terus berupaya untuk lebih baik lagi.
9. Terakhir, berikan tips untuk para pebisnis kopi di luar sana, baik yang baru mulai atau mereka yang menjadikan TUKU sebagai role model dalam bisnis, kira-kira apa yang ingin disampaikan?
Pada dasarnya, TUKU dimulai dari hal yang sederhana, meski ada yang bilang modal TUKU cukup besar. Tetapi yang kupahami dan kutekankan adalah usahaku yang aku lakukan tidak banyak ketika TUKU baru buka. Tetapi justru dari hal sederhana inilah yang membuat kita lebih cerdik untuk mengakali apa yang kita punya. Sehingga, prinsip ekonominya adalah mengusahakan sekecil-kecilnya untuk keuntungan sebesar-besarnya.
Jadi, untuk teman-teman pengusaha, kenali diri lebih dalam lagi, tahu apa yang diinginkan, serta apa yang dimiliki sehingga bisa mengoptimalkan apa yang sudah dimiliki saat ini untuk mencapai tujuan yang ingin dikejar.
Semakin besar mimpinya, orang bilang akan semakin sakit ketika jatuh. Tetapi itu tergantung dari sudut pandang kita. Untuk menggapai mimpi, pastinya kita harus mempunyai langkah-langkah yang harus dikejar. Dan mimpi yang tinggi adalah cara agar kita bisa mendorong diri kita lebih jauh lagi.
Visi yang diimpikan boleh besar, tetapi misi harus bisa dengan mudah diaplikasikan serta langkah apa yang harus diambil ke depannya. Karena pengusaha hidupnya hanya untuk berusaha. Menjadi pengusaha bukan berarti hidupnya sudah pasti enak, tetapi kita harus bisa mengatur diri kita sendiri dan juga orang banyak.
Pastikan saat ingin menjadi pengusaha jangan hanya melihat enaknya saja, tetapi lihat apa manfaat baik yang bisa diberikan. Biasanya, kalau manfaatnya baik, insya Allah proposalnya akan di approve oleh Allah SWT.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: