Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Orang Terkaya: Herbert Wertheim, Penderita Disleksia yang Sukses Jadi Ahli Optik dan Investor Legend!

        Kisah Orang Terkaya: Herbert Wertheim, Penderita Disleksia yang Sukses Jadi Ahli Optik dan Investor Legend! Kredit Foto: Twitter/Florida International University
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Salah satu orang terkaya dunia, Herbert Wertheim adalah seorang dokter mata dan penemu yang memperoleh kekayaan selama lima dekade dengan berinvestasi di saham. Pria yag kerap disapa Herbie ini merupakan penderita disleksia dan berjuang di sekolah.

        Namun, ia mampu bergabung dengan Angkatan Laut AS pada usia 17 tahun setelah menghadapi tuduhan membolos. Ia kemudian mendirikan dan masih menjalankan Brain Power Inc., produsen warna optik untuk kacamata; di mana ia memegang lebih dari 100 paten dan hak cipta.

        Sejak tahun 1970, ia telah menginvestasikan keuntungannya dari Brain Power ke pasar saham dan merupakan pemegang saham individu terbesar di perusahaan kedirgantaraan Heico.

        Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Zhang Daocai, Anak Petani China yang Sukses Jadi Miliarder Dunia

        Wertheim telah mendonasikan lebih dari USD100 juta (Rp1,5 triliun) kepada universitas-universitas negeri Florida dan merupakan salah satu pihak yang menandatangani Giving Pledge.

        Wertheim lahir pada tanggal 23 Mei 1939, di Philadelphia dari orang tua Yahudi. Ayahnya berimigrasi dari Eropa pada tahun 1907 dan ibunya lahir di Brooklyn NY. Pada tahun 1945, dia dan keluarganya, terdiri dari ayah, ibu Hebert dan saudara laki-laki Raymond & Leroy, pindah ke Miami Beach Florida.

        Mereka kemudian pindah ke sebuah apartemen di atas toko roti keluarga dan di sanalah ia didiagnosis menderita disleksia. 

        Ayah Wertheim merupakan seorang imigran Yahudi yang melarikan diri dari Nazi Jerman, masa kecilnya dipenuh tantangan yang ditandai oleh kemiskinan dan disleksia dan kemungkinan besar berkontribusi pada kemampuannya untuk bertahan. Wertheim menghadapi banyak kesulitan dan sering kabur dari rumah.

        Kehidupannya mengalami perubahan yang transformatif ketika ia bergabung dengan Angkatan Laut AS pada usia 17 tahun. Percobaan pertama Wertheim di pasar saham terjadi ketika ia menggunakan tunjangan Angkatan Lautnya untuk berinvestasi pada usia 18 tahun. Kemudian, dia mendaftar di Angkatan Laut AS pada tahun 1956 dan ditempatkan di San Diego.

        Lalu, ia belajar fisika dan kimia di Angkatan Laut sebelum bekerja di penerbangan angkatan laut. Di sinilah dia melakukan investasi pertamanya, membeli saham di perusahaan penerbangan Lear Jet. Wertheim menikah dengan istrinya, Nicole, selama 50 tahun Wertheim memiliki dua orang anak, Erica Wertheim dan Vanessa Wertheim.

        Wertheim adalah lulusan Brevard Community College (sekarang Eastern Florida State College), Florida, dan Universitas Florida, tempat dia belajar teknik elektro dan komputer. Dia juga menerima gelar B.S. di bidang teknik optik dan gelar Doctor of Optometry dari Southern College of Optometry bekerja sama dengan University of Tennessee Medical School.

        Pada bulan Oktober 2015, Universitas Florida mengumumkan penamaan Herbert Wertheim College of Engineering untuk menghormati hadiah Wertheim Family Foundation sebesar USD50 juta (RP764 miliar), yang antara lain akan mendanai lahan seluas 80.000 kaki persegi. Membangun Inovasi Teknik dan membina kolaborasi antara Universitas Florida dan Universitas Internasional Florida.

        Pada Oktober 2022, ia menyumbangkan USD100 juta (Rp1,5 triliun) ke Institut Scripps Universitas Florida Health, dan namanya diubah menjadi Institut Inovasi & Teknologi Biomedis Herbert Wertheim UF Scripps.

        Hari ini, Forbes memperkirakan kekayaan Weirtheim mencapai USD4,6 miliar (Rp70 triliun).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: