Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pulau Rempang Series: Kisah Masa Lalu, Keindahan Alam, hingga Potensi Ekonomi

        Pulau Rempang Series: Kisah Masa Lalu, Keindahan Alam, hingga Potensi Ekonomi Kredit Foto: Antara/Teguh Prihatna
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pulau Rempang banyak dibicarakan publik belakangan ini. Sejatinya, Pulau Rempang merupakan pulau kecil yang menjadi bagian dari zona berikat Kawasan Industri Batam. Tak hanya menjadi bukti dari kekayaan Indonesia sebagai Negara Kepulauan, Pulau Rempang juga memiliki banyak keistimewaan yang menarik untuk dibahas, termasuk mengenai sejarah Pulau Rempang.

        Dengan mengetahui sejarah Pulau Rempang, masyarakat dapat mengenali dan memahami lebih jauh andil Pulau Rempang dalam mewujudkan cita-cita Indonesia menjadikan Batam sebagai wilayah yang berdaya saing dengan Singapura, negara kecil namun menjadi salah satu pusat perekonomian dunia. Simak selengkapnya dalam informasi berikut ini.

        Baca Juga: Demi Tarik Investasi China Senilai USD11,5 Miliar, Rumah Warga Kawasan Rempang Direlokasi

        Sejarah Pulau Rempang

        Pulau Rempang memiliki luas wilayah sebesar 16.583 hektare dan terletak di sebelah tenggara Pulau Batam. Pulau Rempang terdiri atas dua kelurahan, yakni Rempang Cate dan Sembulang yang keduanya masuk dalam wilayah Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Tak hanya itu, Pulau Rempang diketahui memiliki 16 kampung tua yang menjadi permukiman masyarakat asli Pulau Rempang sejak tahun 1834 silam.

        Ada dua kelompok masyarakat yang mendiami Pulau Rempang-Galang, yakni kelompok masyarakat Melayu dan Tionghoa serta kelompok masyarakat adat Pulau Rempang-Galang yang dikenal sebagai Orang Darat atau Orang Oetan (Orang Hutan).

        Masyarakat adat Orang Oetan diketahui hidup terpisah dari masyarakat secara umum. Mereka tinggal di dalam hutan-hutan Pulau Rempang yang belum banyak terjamah publik. Sayangnya, populasi Orang Oetan terus menyusut menjadi sekitar 30 jiwa yang terdiri atas tujuh keluarga pada tahun 2008 silam. Menurut legenda, Orang Oetan berasal dari Lingga dan mereka dikatakan mirip dengan suku asli Johor dan Melaka, yakni Orang Jakun.

        Menurut catatan sejarah, Pulau Rempang dan Pulau Galang pada awalnya tidak termasuk dalam Otorita Batam dan menjadi bagian dari Pemerintah Daerah Riau. Hingga akhirnya pada tahun 1992, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan pulau-pulau di sekitarnya menjadi bagian dari wilayah Pulau Batam. Melalui Keppres Nomor 28 Tanggal 19 Juni 1992, pemerintah melakukan perluasan wilayah kawasan industri Pulau Batam. 

        Kawasan tersebut kemudian dikenal dengan Balerang, yakni Batam, Rempang, dan Galang. Pengembangan kawasan tersebut didukung oleh pembangunan infrastruktur yang membuat wilayah Batam, Rempang, dan Galang saling terhubung melalui Jembatan. Diketahui, pemerintah telah membangun enam jembatan untuk menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton, Pulau Tonton dengan Pulau Nipah, Pulau Nipah dengan Pulau Setokok, Pulau Setokok dengan Pulau Rempang, dan Pulau Rempang dengan Pulau Galang. Secara keseluruhan, panjang keenam jembatan tersebut mencapai 1.568 meter.

        Popularitas, Keindahan Alam, dan Potensi Ekonomi Pulau Rempang

        Jauh sebelum wacana pemerintah menjadikan Pulau Rempang sebagai bagian dari pengembangan wilayah Batam, popularitas Pulau Rempang di mata mancanegara sudah jauh ada bahkan sejak era Perang Dunia II. Pulau Rempang memiliki tempat spesial di benak para serdadu Jepang. 

        Tak kurang dari 27.000 serdadu Jepang menjadikan Pulau Rempang sebagai tempat bernaung selama masa Perang Dunia II. Memori Pulau Rempang dan orang-orang Jepang itu pun diabadikan melalui Tugu Minamisebo atau dikenal sebagai Tugu Jepang yang dibangun di Sembulang pada tahun 1981 silam.

        Tugu tersebut dibangun oleh lembaga nonprofit yang dibentuk oleh warga Jepang, yakni Rempang Friendship Association (RFA). Tugu tersebut menjadi penanda wafatnya ratusan serdadu Jepang saat menunggu kepulangan mereka ke Jepang pada masa Perang Dunia II. Jejak sejarah tersebut masih dapat dilihat melalui monumen berdiameter 3x3 meter, lengkap dengan nama dan foto tentara Jepang yang wafat.

        Popularitas Pulau Rempang kian mumpuni berkat keindahan alam yang tak kalah dari destinasi-destinasi unggulan lainnya di Indonesia. Sebagai wilayah kepulauan, Pulau Rempang sangat kaya dengan pantai-pantainya yang memikat.

        Melansir Beach Searcher, Pulau Rempang memiliki laut yang tenang, air laut berwarna kristal biru kehijauan, dan pantai berpasir yang indah. Hal itulah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk bertandang ke Pulau Rempang setiap tahunnya. Sejumlah pantai yang wajib dikunjungi di Pulau Rempang di antaranya adalah Pantai Melur, Pantai Dendang Melayu, Pantai Viovio, Pantai Jembatan 5, Panti Melayu, dan Pantai Sembulan

        Tak hanya keindahan alam, Pulau Rempang juga memiliki potensi ekonomi yang tinggi. BP Batam bahkan meyakini bahwa dengan pengembangan Pulau Rempang akan memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Pengembangan Pulau Rempang juga dinilai dapat meningkatkan realisasi investasi serta menjadikan Kota Batam sebagai pusat investasi di Indonesia. Akselerasi pengembangan wilayah Rempang dan ekosistem investasi wilayah Batam juga diharapkan dapat memberi dampak positif bagi perekonomian nasional.

        Pulau Rempang Jadi Proyek Strategis Nasional: Rempang Eco City

        Merespons berbagai potensi yang dimiliki Pulau Rempang, pemerintah akhirnya memasukkan Pulau Rempang ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Nantinya, Pulau Rempang akan dikembangkan kawasan industri, perdagangan, dan wisata dengan nama Rempang Eco City. Pembangunan kawasan industri tersebut akan digarap oleh PT Makmur Elok Graha (MEG), anak perusahaan Artha Graha.

        Dengan nilai investasi mencapai Rp381 triliun pada tahun 2080, Kawasan Rempang Eco City dinilai dapat menyerap hingga 306.000 tenaga kerja.

        Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, sebelumnya mengatakan bahwa Pulau Rempang akan menjadi The New Engine of Indonesian’s Economic Growth dengan konsep Green and Sustainable City. Dengan begitu, pengembangan Pulau Rempang akan memberi kemudahan koneksi antarpulau sekitar sekaligus menghadirkan zona pariwisata yang mengedepankan konservasi alam.

        Dukungan dan keseriusan pemerintah dalam pembangunan Rempang Eco City juga telah disampaikan oleh Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Ia menegaskan bahwa rencana strategis Rempang Eco City merupakan perhatian serius bagi pemerintah pusat.

        "Keterlibatan masyarakat akan maksimal. Industri di Pulau Rempang nantinya akan membuka sekitar 30.000 lapangan pekerjaan. Masyarakat Kepri, khususnya dari Pulau Rempang akan menjadi prioritas. Ini akan menjadi fokus pemerintah dalam memberikan harapan kepada generasi penerusnya," tegas Bahlil dalam kunjungannya ke Batam beberapa waktu lalu. 

        Komitmen senada juga disampaikan oleh Kepala BP Batam, Muhammad Rudi. Ia memastikan akan memberikan perhatian penuh kepada masyarakat dalam pengembangan kawasan Pulau Rempang. Pihaknya pun telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam memastikan pengembangan kawasan Pulau Rempang dapat berjalan lancar.

        "Dengan momentum pembangunan ini, saya berharap nasib masyarakat bisa berubah menjadi lebih baik," tegas Rudi.

        Baca Juga: Bahlil dan Arsjad Rasjid Soal Investasi dan Perdagangan: Keduanya Urat Nadi Perekonomian ASEAN

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: