Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Solusi Cermat Lahirkan Ketahanan Ekonomi dan Pangan, Ini Wejangan Jahja B Soenarjo

        Solusi Cermat Lahirkan Ketahanan Ekonomi dan Pangan, Ini Wejangan Jahja B Soenarjo Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim bukan sekadar isapan jempol, kekeringan yang disebabkan kemarau Panjang telah menerjang sejumlah belahan bumi termasuk Indonesia.

        Hal ini menjadi perhatian sejumlah pihak karena potensinya yang bisa menjadi bencana yang mematikan terhadap sejumlah sektor mulai dari industri hingga ekonomi. Ini yang menjadi perhatian dari Ketua Umum CEO Business Forum Indonesia, Jahja B Soenarjo.

        Baca Juga: Pemanasan Global Meningkat, Rumput Laut Bisa Dijadikan Alternatif Bahan Pangan

        Menurutnya, fenomena kekeringan ini lambat laun akan melambatkan laju pertumbuhan dari Indonesia. Sumbernya adalah pergeseran prioritas belanja selama musim kekeringan.

        “Ini dapat melemahkan ketahanan ekonomi, akibat naiknya harga pangan serta melambatnya laju pertumbuhan beberapa sektor. Masyarakat akan memprioritaskan belanja pangan daripada yang lain,” ucapnya pada Kamis (28/9).

        Oleh karenanya, hal ini perlu diperhatikan secara seksama. Semua elemen masyarakat, baik pemerintah maupun swasta semestinya bergotong royong untuk mencari solusi akan ancaman terhadap ketahanan pangan dari Indonesia.

        Salah satunya adalah manuver hilirisasi yang tengah digemborkan oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Ia mengatakan bahwa hal ini perlu mendapatkan dukungan dari semua sektor akan hasilnya bisa optimal.

        Baca Juga: Menuju 2030, UMKM yang Manfaatkan Cloud dan AI Akan Menghasilkan Rp79,6 Triliun per Tahun dan 17,6 Juta Lapangan Kerja bagi Indonesia

        “Saat ini perlu aksi gerak cepat yang instan untuk merealisasikan. Lahan untuk bahan pangan kita sesungguhnya sangat besar, mau singkong, jagung, sorgum hingga rumput laut,” tegasnya.

        Jahja mengatakan sejumlah kekayaan alam tanah air ini bisa menjadi alternatif pangan yang potensial, namun dalam pengelolaannya butuh kerja sama semua pihak. Ia mengatakan sudah saatnya Indonesia tidak hanya bergantung pada beras.

        “Bila (pangan alternatif) dikembangkan secara kluster di daerah-daerah rawan pangan tentu akan lebih baik serta meningkatkan ketahanan pangan setempat, tidak semata bergantung pada beras, sebagai satu-satunya,” ungkapnya.

        Baca Juga: Berkat Gerakan Pangan Murah dan Bantuan Pangan, Harga Beras di Jabar Mulai Stabil

        Jahja mendukung semua pihak untuk bergandeng tangan untuk melakukan sinergi pentahelix demi menyukseskah tak hanya hilirisasi namun juga pengembangan bahan makanan alternatif guna menunjang ketahanan pangan dari Indonesia.

        “KADIN, APINDI, HIPMI, GAPMMI, CBFI, juga sejumlah komunitas dan organisasi non-politik lain seperti INTI, PSMTI, FGBMFI, atau apapun, dapat bergerak secara kolaboratif-inklusif dalam ekosistem Pentahelix tersebut, untuk secara konkret berkontribusi dalam bentuk apapun demi ketahanan pangan bangsa dan negara ini,” jelasnya.

        Baca Juga: Hadapi Bonus Demografi, Kemnaker Bersiap Perluas Lapangan Pekerjaan

        “Bukan hanya untuk saat ini, namun dapat menjadi proyek tanpa akhir, karena ledakan populasi harus diimbangi dengan ketersediaan pangan yang baik,” imbuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Aldi Ginastiar
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: