Presidium Kongres Rakyat Nasional (KORNAS) Sutrisno Pangaribuan menyoroti Presiden Jokowi yang sebut Politik di Indonesia akhir-akhir ini lebih banyak drama dibandingkan adu gagasan.
Menurut Sutrisno, Jokowi seperti sedang menunjuk diri sendiri dan keluarganya dengan pernyataan tersebut.
“Jokowi seperti sedang menunjuk diri dan keluarganya yang ternyata ahli bersandiwara politik,” ungkap Sutrisno dalam keterangannya, Rabu (8/11/23).
Bukannya tanpa alasan, Sutrisno yang juga kader PDIP ini menilai Jokowi telah melakukan sandiwara terkait manuver ia dan keluarganya akhir-akhir ini.
Seperti diketahui, Putra Jokowi yang juga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang sebelumnya kader PDIP dan mengaku akan tegak lurus kepada putusan partai justru jadi Cawapres pendamping Prabowo pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang kebetulan dipimpin oleh sang Ipar Jokowi, Anwar Usman, memungkinkan Gibran maju di Pilpres meski belum genap berusia 40 tahun.
Menurut Sutrisno, Jokowi berhasil bersandiwara mengelabuhi PDIP dengan bermanuver demikian.
“Jokowi berhasil mengelabui PDIP setelah mendapat seluruh keistimewaan bagi diri, anak, dan menantunya. Saat Ganjar diumumkan sebagai bacapres PDIP, Jokowi hadir,” ungkapnya.
“Sandiwara politik sesungguhnya dimulai oleh Jokowi, hingga puncaknya mendorong putranya maju sebagai bakal cawapres. Sementara PDIP bereaksi karena "terlalu berharap" Jokowi tidak berubah. PDIP salah dengan meyakini Jokowi akan patuh dan setia kepada PDIP. Sehingga reaksi dari para kader terhadap sandiwara Jokowi adalah reaksi biasa dari para kader yang terlanjur dan terlalu cinta. PDIP tidak siap karena merasa telah memberikan segalanya, sehingga perasaan kader seperti marah, geram, kesal, tumpah ruah. Namun politik harus berjalan terus, dan PDIP tidak boleh berhenti meratapi kepergian para penghianat,” tambahnya.
Sebelumnya, Jokowi mengungkapkan politik Indonesia terlalu banyak drama dibandingkan adu gagasan.
Adapun hal itu dia ungkap dalam pidatonya di Puncak Perayaan Hari Ulang Tahun ke-59 Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (6/11/2023).
“Saya lihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya. terlalu banyak drakornya. Terlalu banyak sinetronnya. sinetron yang kita lihat," jelasnya.
"Mestinya kan pertarungan gagasan, pertarungan-pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan. Kalau yang terjadi pertarungan perasaan, repot semua kita," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto