Mendekati masa kampanye Pemilihan Umum (Pemilu), suhu politik di Indonesia semakin memanas. Terbaru, Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru saja mengumumkan nomor urut pasangan Capres-Cawapres. Pasangan Anies-Muhaimin mendapat nomor urut 1, lalu pasangan Prabowo-Gibran nomor urut 2, dan pasangan Ganjar-Mahfud MD mendapatkan nomor urut 3.
Adanya ketiga calon pasangan Capres-Cawapres ini berpotensi besar membuat Pemilu Presiden berlangsung dua putaran. Lalu, bagaimana dampaknya bagi perekonomian, bila Pemilu Presiden berlangsung selama dua putaran?
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI) Erwindo Kolopaking, memprakirakan pemilu presiden dua putaran akan membuat komponen konsumsi pemerintah dan investasi melambat. Baca Juga: BI Sumut Gelar Edukasi RUPAWAN di Momen Hari Pahlawan
"Jadi impact-nya apa, satu putaran, dua putaran? Ya mungkin pola konsumsi pemerintah, pola investasi akan melambat di triwulan I dan triwulan II 2023," ujar Erwindo saat diskusi media, di Waisai, Raja Ampat, Papua Barat, akhir pekan kemarin.
Erwindo menjelaskan, perlambatan terjadi karena adanya pergantian pemerintahan, yakni presiden yang masih menjabat dengan presiden terpilih. Menurutnya, hal tersebut juga mempengaruhi aktivitas administrasi hingga kebijakan pemerintah ke depan. Selain itu, pemerintah juga akan cenderung menahan konsumsi di periode pergantian kepemimpinan mendatang.
"Bagaimana mereka melihat program-program atau apa pun itu disiapkan APBN 2024, apakah seluruhnya akan diambil atau ajukan rancangan baru. Ini akan ber-impact ke konsumsi dan investasi pemerintah di awal tahun depan," imbuhnya.
Periode pergantian pemerintahan juga akan membuat pelebaran defisit APBN. Untuk itu, pemerintah diminta untuk mengantisipasi perlambatan tersebut.
"Tapi setelah itu akan kembali normal, biasanya begitu tahun pemilu terlewat akan besar ekspansinya. Kalau lihat rata-rata dfisit APBN periode pemilu lebih rendah daripada defisit normal pemerintah, akan ada adjustment dari pemerintah, administrasi dan sebagainya. Semakin lama prosesnya, akan terdampak (konsumsi pemerintah dan investasi)," jelas Erwindo.
Asal tahu saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2023 mencapai 4,94 persen (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu 5,73 persen (yoy). Baca Juga: Seruan Forum Pemred: Merespons Situasi Politik Menjelang Pemilu 2024
Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,06 persen, disusul Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi 5,77 persen, dan konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 6,21 persen. Sementara itu, ekspor di kuartal III 2023 turun 4,26 persen, konsumsi pemerintah turun 3,76 persen, dan impor turun 6,18 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman