Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Survei NEW INDONESIA: PDIP dan Gerindra Terus Balapan di Pemilu 2024

        Survei NEW INDONESIA: PDIP dan Gerindra Terus Balapan di Pemilu 2024 Kredit Foto: Antara/Antara Foto/Maulana Surya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PDI Perjuangan (PDIP) dan Gerindra terus bersaing ketat, hal ini terlihat dari hasil survei NEW INDONESIA Research & Consulting. Gerindra kali ini berhasil mengungguli PDIP dengan elektabilitas sebesar 18,7 persen.

        Sebelumnya PDIP selalu menempati peringkat pertama, meskipun sempat anjlok usai heboh Piala Dunia U20. Pelan-pelan elektabilitas PDIP kembali bangkit, tetapi masih tertinggal dari melejitnya Gerindra, kini terpaut tipis yaitu mencapai 18,1 persen.

        Baca Juga: PDIP Kampanye Unik, Calegnya Jemput Aspirasi Pakai Mobil Antik

        Merosotnya elektabilitas PDIP berbarengan dengan lonjakan elektabilitas Prabowo Subianto dalam bursa calon presiden. Gerindra menikmati coattail effect dari pencapresan Prabowo hingga melejit dan akhirnya berhasil menggeser dominasi PDIP selama ini.

        “Setelah bersaing ketat selama setengah tahun, elektabilitas Gerindra berhasil mengungguli PDIP,” ungkap Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers di Jakarta, pada Jumat (8/12).

        Menurut Andreas, PDIP tengah mengalami turbulensi politik seiring perbedaan langkah di antara para elitenya. Presiden Jokowi yang moncer karier politiknya sejak menjabat walikota Solo dengan dukungan PDIP kini berseteru dengan ketua umum Megawati Soekarnoputri.

        “PDIP yang dua kali berturut-turut memenangkan pemilu ingin mengulang kembali ketiga kalinya atau mencetak hattrick, tetapi tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan Jokowi soal siapa pasangan capres-cawapres yang bakal diusung,” tandas Andreas.

        Jokowi yang selama dua periode pemerintahan menggulirkan program-program terobosan khususnya pembangunan infrastruktur menginginkan kepemimpinan nasional berikutnya bisa melanjutkan pondasi yang telah diletakkannya dan menyempurnakannya.

        Karena itu Jokowi mendorong agar Prabowo dan Ganjar Pranowo bersatu dalam satu paket, sekaligus mewujudkan persatuan antara partai-partai utama pendukung pemerintah. “PDIP menolak skenario di mana Ganjar hanya mendapatkan tiket cawapres,” lanjut Andreas.

        Persoalannya sebetulnya lebih mendalam lagi, di mana PDIP ingin mengatur pemerintahan pasca-Jokowi, yang sulit dilakukan jika Prabowo yang menjadi presiden.

        Baca Juga: Blusukan Ganjar-Mahfud, PDIP: Gerak Cepat Selesaikan Masalah Rakyat

        “Ganjar lebih bisa dikendalikan dengan memposisikan diri sepenuhnya sebagai petugas partai,” ujar Andreas.

        Loyalitas Ganjar kepada arahan PDIP dibuktikan dengan aksi penolakan kehadiran timnas Israel, yang membuat Indonesia akhirnya batal menjadi tuan rumah perhelatan sepak bola tingkat dunia.

        “Jika acara seperti Piala Dunia U20 saja digagalkan, bagaimana Ganjar bisa menjamin akan totalitas melanjutkan program-program Jokowi yang lebih besar lagi,” Andreas menegaskan. Padahal wacana keberlanjutan yang menjadi tujuan Jokowi cawe-cawe pada Pilpres kali ini.

        Baca Juga: Ganjar-Mahfud Siap Debat, PDIP: Jangan Mengubah Peraturan...

        Jokowi kemudian mengalihkan dukungan kepada Prabowo, diperkuat dengan majunya putera sulungnya Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon wakil presiden. Putusan Mahkamah Konstitusi melempangkan jalan bagi walikota Solo yang belum berumur 40 tahun tersebut.

        Prabowo bersama koalisi partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) lebih mampu mewujudkan visi Jokowi untuk membawa Indonesia menjadi negara maju pada 2045 kelak, atau tepat satu abad setelah Indonesia merdeka.

        Gerindra yang menjadi motor koalisi juga lebih berhasil menggalang partai-partai lain di Senayan, seperti Golkar yang masih menempati peringkat ketiga elektabilitas sebesar 8,8 persen. Lalu ada Demokrat (6,6 persen), PSI (6,4 persen), dan PAN (2,6 persen).

        “Demokrat yang sebelumnya tergabung dalam Koalisi Perubahan memutuskan hengkang dan berbalik mendukung KIM yang hampir seluruhnya beranggotakan partai-partai pro-pemerintah,” jelas Andreas.

        PSI yang awalnya mencapreskan Ganjar berbalik arah dan mendukung Prabowo, kini dipimpin putera Jokowi lainnya, Kaesang Pangarep. Selain itu ada partai-partai baru dan non-parlemen lainnya, yaitu Gelora (1,2 persen), PBB (0,5 persen), dan Garuda (0,1 persem). 

        Selain PDIP, pasangan Ganjar dan Mahfud MD hanya didukung oleh PPP (2,1 persen), Perindo (1,4 persen), dan Hanura (0,1 persen). Sedangkan Anies didukung oleh PKB (7,1 persen), PKS (4,1 persen), Nasdem (2,5 persen), dan Ummat (0,3 persen).

        “Setelah Demokrat keluar, Koalisi Perubahan kini didominasi partai-partai pemerintah, termasuk figur cawapres Muhaimin Iskandar dari PKB,” pungkas Andreas. PKN dan Buruh yang belum menentukan sikap nihil dukungan, sisanya tidak tahu/tidak jawab 19,4 persen.

        Baca Juga: Soal Bergabungya Susi, Gerindra: Hanya Tunggu Waktu...

        Survei NEW INDONESIA Research & Consulting dilakukan pada 25-30 November 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: