Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Risiko Pekerja Terkena Saraf Terjepit (HNP) dan Cara Penanganannya

        Risiko Pekerja Terkena Saraf Terjepit (HNP) dan Cara Penanganannya Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau biasa disebut dengan saraf terjepit adalah penyakit orang muda yang bisa menyerang pekerja di umur 20, 40, hingga 50 tahunan. Hal ini diungkapkan dr. Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT (K) Spine, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Konsultan Tulang Belakang Eka Hospital BSD.

        dr. Rizki menyebut pekerja kantoran bisa terkena saraf terjepit karena menghabiskan sebagian waktunya duduk di kursi, di mana ini bisa menaruh lebih banyak kompresi pada tulang belakang dibandingkan pada saat berdiri.

        "Pekerja kantoran juga bisa terkena saraf terjepit karena saat ini di dunia modern dengan adanya gagdet yang akan memudahkan dalam bekerja sehingga kita tak banyak menggerakan badan dan beraktivitas fisik yang akan memperkuat otot tulang belakang," ucap saat Media Gathering Eka Hospital di Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2023).

        Oleh karena itu, para pekerja agar tak terkena saraf terjepit hendaknya merubah sikap baik itu ketika bekerja baik duduk dan berdiri. "Hal utama yang harus diubah yakni posisi duduk yang harus ideal dan harus diselingi dengan berdiri. Idealnya ketika bekerja duduk 1,5 jam dan diselingi berjalan atau berdiri 25 menit," ucapnya.

        Selain itu, melatih fisik juga sangat penting untuk mencegah terjadinya saraf terjepit. "Penting untuk melatih fisik dengan olahraga yang melatih otot perut dan otot tulang belakang seperti plank, sit up, back up dan gerakan lain," papar dia.

        Selain pekerja kantoran, pekerja lapangan juga bisa terkena HNP seperti kuli bangunan, pengantar galon air, hingga pekerja pabrik dan logistik.

        "Mereka memiliki rutinitas yang membuat mereka terbiasa untuk sering mengangkat beban berat. Tanpa disadari hal ini menjadi salah satu risiko yang dapat menyebabkan orang mengalami low back pain dan saraf terjepit," ucap dr. Rizki.

        Diketahui, saraf terjepit merupakan sebuah kondisi ketika tulang belakang menerima tekanan berlebih sehingga menyebabkan bantalan yang terletak diantara tulang belakang mengalami kerusakan.

        dr. Rizki menyebut banyak salah kaprah terkait saraf terjepit dengan low back pain, di mana low back pain atau nyeri pinggang bawah memiliki penyebab yang lebih luas, seperti cedera otot atau fraktur tulang. 

        Baca Juga: Kesehatan dan Pendidikan Jadi Kunci Untuk Indonesia Menjadi Negara Maju

        "Saraf terjepit sendiri disebabkan karena keluarnya bantalan tulang belakang dari posisi aslinya sehingga menaruh tekanan pada saraf disekitarnya dan menyebabkan rasa nyeri yang bisa berlangsung lama," ucapnya.

        Lebih lanjut ia menyebut saraf kejepit dapat terjadi pada hampir setiap bagian tulang seperti kaki hingga leher, namun biasanya paling sering terjadi pada tulang punggung bagian bawah. "Terlepas dari di mana letak saraf kejepit, hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri, mati rasa, hingga kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu atau kedua kaki," paparnya.

        Adapun ciri dan gejala penyakit saraf kejepit atau HNP sangat khas, yaitu adanya nyeri yang menjalar dari leher sampai ke tangan, terasa kebas, kesemutan, terasa terbakar, hingga sensasi kesetrum, yang sifatnya terus-menerus dan tidak hilang dalam jangka waktu yang panjang.

        "Namun secara umum, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang unutk terkena saraf terjepit seperti usia yang semakin tua, berat badan, dan adanya riwayat saraf terjepit," jelas dr. Rizki.

        Mengatasi saraf terjepit kini sudah dimudahkan dengan adanya kemajuan metode dan teknologi untuk mengatasi masalah tulang belakang seperti low back pain dan HNP (saraf terjepit), yaitu melalui endoskopi tulang belakang.

        "Endoskopi merupakan sebuah teknologi berbentuk selang kecil yang dilengkapi dengan kamera dan lampu sorot di ujungnya yang digunakan untuk melakukan inspeksi ke bagian dalam tubuh tanpa harus melakukan pembedahan besar," ucapnya.

        Penggunaan endoskopi hanya memerlukan luka sayatan kecil sebesar 1-2 cm sehingga proses operasi serta pemulihan pasca operasi juga menjadi lebih efisien dan cepat. 

        "Endoskopi biasa digunakan untuk pemeriksaan organ tubuh dalam seperti saluran pencernaan, namun juga bisa dan sering digunakan untuk mengatasi permasalahan tulang belakang, salah satunya yaitu saraf terjepit," jelas dr. Rizki.

        Ada banyak jenis endoskopi tulang belakang dengan metode dan penanganan yang berbeda, seperti Biportal Endoscopic Spinal Surgery (BESS), Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy (PELD), dan masih banyak lagi. 

        Hanya dokter yang dapat menentukan metode mana yang tepat bagi setiap pasien, karena setiap kasus saraf terjepit memiliki permasalahannya tersendiri.

        Adapun beberapa beberapa kelebihan yang dapat dilakukan dari endoskopi tulang belakang, yaitu hanya memerlukan obat bius lokal, sehingga pasien akan tetap dalam kondisi terjaga dan berkomunikasi membantu dokter untuk mengidentifikasi rasa nyeri.

        Baca Juga: BPJS Kesehatan Luncurkan Buku Tabel Mortalitas dan Morbiditas, Apa Saja Manfaatnya?

        Lalu, metodenya yang minimal invasif membuat endoskopi tulang belakang lebih rendah untuk mengalami risiko komplikasi dan durasi tindakan yang lebih cepat, sehingga lebih efektif untuk dilakukan dan pasien dapat pulang dengan cepat.

        Kemudian, masa pemulihan yang lebih cepat karena prosesnya yang minimal invasif sehingga luka sayatan lebih kecil dan membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk pulih.

        Akan tetapi, dalam beberapa kasus saraf terjepit yang lebih berat dan membutuhkan pemasangan implan atau bantalan artifisial, dokter dapat menggunakan Robotic Navigation Spine Surgery, metode terbaru dalam dunia kedokteran yang menggunakan teknologi robot untuk menangani masalah tulang belakang. 

        Namun, hanya dokter spesialis tertentu yang mendalami dan memiliki kemampuan khusus yang dapat mengoperasikan teknologi tersebut.

        "Penggunaan Robotic Navigation Spine Surgery memiliki kelebihan yaitu memiliki tingkat akurasi penempatan implan mencapai 99,9% dan tingkat keberhasilannya mencapai 100%. Penggunaan teknologi ini juga dapat mempersingkat waktu operasi serta risiko infeksi yang lebih kecil."

        "Selain saraf terjepit, Robotic Navigation Spine Surgery juga sering digunakan untuk mengatasi masalah tulang belakang lainnya, seperti skoliosis hingga tumor tulang," pungkas dr. Rizki.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel:

        Berita Terkait