Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla buka suara terkait isu terbentuknya kerja sama politik antara Pasangan Calon (Paslon) nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dan Palson nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Adapun isu itu muncul seusai gelaran debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024) malam lalu. Dalam gelaran itu, terekam Anies dan Ganjar kompak mengkritik Calon Presiden (Capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto.
Baca Juga: Urusi Format Debat Capres, Kubu Anies-Muhaimin Cium Ketidaknetralan Jokowi
Berdasarkan pengalamannya, Jusuf Kalla menyebut paslon yang berada di peringkat kedua dan ketiga dalam hasil pemungutan suara, menyatukan kekuatannya di putaran kedua. Hal itu dia alami pada gelaran Pilpres 2004 silam.
"Biasanya yang selalu bersatu itu, yang nomor, artinya partai yang ranking dua dan nomor tiga, biasanya itu (bersatu). Sehingga bikin koalisi baru. Saya juga waktu 2004 kan banyak partai, itu ada koalisi baru tapi kita tetap menang," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di kediamannya, Jalan Brawijaya No. 6, Jakarta, Rabu (10/1/2024).
Kendati begitu, Jusuf Kalla menegaskan terbangunnya koalisi baru di putaran kedua menjadi kewenangan partai. Dengan begitu, hasil akhir akan ditentukan melalui partai pengusung pihak yang kalah di putaran pertama.
"Ya, tergantung partai masing-masing. Dan selalu begitu. Ini asal level 3, maka yang menentukan suara itu yang terakhir di mana diarahkan," jelasnya.
Kendati begitu, Jusuf Kalla mengaku belum ada komunikasi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terkait peluang kerja sama politik tersebut. Dia menegaskan, komunikasi itu lazimnya dilakukan antar partai politik.
Baca Juga: Kisruh 700 T, Relawan Pandawa 5 Laporkan Anies ke Bareskrim Mabes Polri
"Saya tidak tahu. Saya tidak, itu komunikasi itu biasanya dari partai ke partai," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: