Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gibran Rakabuming Raka: Matang yang Tak Terbakar

        Gibran Rakabuming Raka: Matang yang Tak Terbakar Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tinggal hitungan hari, Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi lima tahunan. Pesta Demokrasi ini akan menentukan nasib bangsa Indonesia di masa depan. Tentu, seluruh elemen yang ada di dalamnya akan ikut andil dalam menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin mereka di kemudian hari. Terutama para pemuda, khususnya pemuda milenial atau Gen Z. Sistem demokrasi yang digunakan di negara kita yang bersifat terbuka, jujur dan adil menjadikan semua warga negara berhak untuk bersuara.

        Para pemuda menjadi garda terdepan dalam melakukan kemajuan sejak berdirinya bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 menjadi gebrakan awal para pemuda bangsa Indonesia dalam menentukan arah kebijakan politik mereka untuk menjaga kedaulatan bangsanya sendiri, yang bukan berada di atas kekuasaan bangsa asing. Sejarah ini yang kemudian dijadikan spirit kebangsaan oleh kaum muda untuk menerjunkan diri dalam dunia politik.

        Baca Juga: Pemuda dan Revolusi Pertanian, Mengenal Smart Farming Bersama Gibran Rakabuming Raka

        Nama yang terlibat pada pesta demokrasi kali ini yang mewakili pemuda milenial, adalah Gibran Rakabuming Raka yang mencalonkan diri menjadi Cawapres (Calon Wakil Presiden) yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.

        Gibran, tentu namanya tidak asing dikancah politik nasional, sebagai anak pertama dari Presiden Indonesia dan sekarang menjadi Wali kota Solo, Jawa Tengah. Munculnya nama Gibran dalam pesta demokrasi kali ini mengejutkan banyak pihak dengan berbagai spekulasi-spekulasi yang mereka asumsikan.

        Tetapi, sebelum kita membahas spekulasi-spekulasi seperti itu alangkah baiknya kita melihat Track record seorang Wali Kota Solo ini, yang baru menjabat kurang lebih dua tahun berjalan. Selama ia menjabat Wali Kota Solo, Solo memiliki banyak perubahan, berbagai warna masuk di dalamnya menghiasi dinamika kota Solo. Bahkan, tidak tanggung dalam kepemimpinannya yang waktu itu politik identitas dimainkan untuk menyerang keluarganya, Gibran membuat gebrakan membangun Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo yang bekerja sama dengan UEA.

        Berita ini tentu mengagetkan seluruh warga masyarakat muslim yang pada saat itu menuduh bahwa keluarga Joko Widodo terutama Gibran bukan seorang Muslim. Simbol masjid yang dibangun era Gibran menandakan bahwa dirinya sebagai seorang Muslim paling tidak untuk menepis tuduhan yang dilontarkan kepada dirinya. Sekarang, masjid raya itu menjadi kebanggaan umat Islam dan menjadi tempat peribadatan bagi umat Islam di Indonesia.

        Bahkan tidak hanya pembangunan dari sisi arsitektur, kebudayaan Islam, program-program yang dicanangkan oleh Wali Kota Solo muda itu menjadi Solo lebih terlihat modern, tidak seperti sebelumnya-sebelumnya yang masih tertinggal jauh dari kota budaya tetangganya Yogyakarta. Sekarang, Solo bisa dikatakan sejajar dengan Yogyakarta dalam tata kota modern, nuansa yang dibangun oleh Gibran ingin menunjukkan bahwa Solo bisa mengikuti perkembangan zaman. Tentu kalau kita jabarkan sederet statistik kemajuan kota Solo tidak ada habisnya dalam kancah waktu yang singkat selama dua tahun itu.

        Progres yang dilakukan oleh Gibran tentu memikat hati dan bahkan suara milenial yang dianggap paling representasi untuk kelompok pemuda milenial Indonesia hari ini, pemuda Indonesia akan menentukan pilihannya kepada pemimpin yang paling tidak mewakili jiwanya dalam semangat membangun masa depan bangsa bisa mendengarkan suara-suara anak muda yang berkeinginan mengulang sejarah yang sudah ditorehkan oleh para pendahulunya.

        Melihat sederet prestasi yang ditorehkan oleh Gibran itu, tentu generasi muda bisa mewakilkan aspirasinya kepada Gibran Rakabuming Raka. Tapi, perlu dicatat tidak hanya perubahan dan identitas keagamaan saja yang harus dipilih oleh pemuda milenial, paling tidak melihat apa yang dikatakan oleh Ibn Khaldun dalam kitabnya Al-Muqaddimah, pemimpin negara harus memiliki kriteria-kriteria tertentu salah satunya ia harus memiliki pengetahuan yang luas, dan kinerja yang nyata semangat yang tinggi dan memiliki kesanggupan dalam memutuskan persoalan yang dirasakan oleh rakyat dengan bijak.

        Spekulasi yang terjadi di tengah masyarakat terhadap Gibran, berbagai isu dan komentar dari para netizen baik itu dari sisi positif maupun negatif, hal itu semua ditanggapi oleh Gibran dengan tenang, ini menunjukkan bahwasanya seorang pemimpin memang harus siap dengan segala hal yang disampaikan oleh rakyatnya. Spekulasi selanjutnya sebelum debat cawapres pertama dilaksanakan. Seperti diketahui sebelumnya banyak yang meragukan Gibran. Dengan candaan dikira cupu ternyata suhu menjadi narasi yang cukup banyak diunggah warganet. Warganet juga banyak mengaku beralih mendukung Gibran karena penampilannya di luar ekspektasi.

        Secara umum panggung debat bisa dikatakan milik Gibran dalam arti kemampuan penguasaan materinya, secara psikologis sejak awal orang memang ingin tahu apakah Gibran mampu berdiri dan berbicara dalam debat tersebut atau tidak, dan ia menunjukkan bahwa ia bisa. Gibran memosisikan diri sebagai anak muda mewakili pemuda milenial yang berhadapan dengan seorang ketua partai dan seorang profesor secara pengalaman dalam dunia politik lebih jauh dari pada dirinya. Tetapi hal itu tidak membuat sosok Gibran gentar dalam menghadapi kedua lawan debatnya.

        Bahkan setelah acara debat selesai begitu banyak komentar dari para netizen yang memuji penampilan Gibran adalah terbaik dan unggul dalam debat pertama cawapres. Bahkan, para warganet ada juga dari pendukung nomor urut satu dan tiga berpindah haluan untuk mendukung Gibran.

        Baca Juga: Politik Partisipatif Kaum Zilenial dan Dinamika Kehadiran Gibran dalam Pilpres

        Penampilan yang ditampilkan oleh Gibran pada saat debat sangat jauh dari spekulasi-spekulasi yang ada di tengah masyarakat sebelumnya. Gibran menunjukkan kemampuannya dan tampil secara totalitas pada debat cawapres pertama. Inilah salah satu alasan layaknya sosok Gibran yang mewakili generasi pemuda milenial untuk maju dalam kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden 2024 mendatang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: