Pemilihan presiden dan wakil presiden (Capres dan Cawapres) merupakan sebuah proses demokrasi yang penting dan memiliki dampak luas, termasuk pada sektor industri. Dari tahapan penetapan pasangan Capres dan Cawapres hingga berakhirnya masa kampanye, berbagai dinamika politik dan ekonomi telah terjadi.
Lantaran berdampak pada sektor industri inilah, Kepala Center Of Industry, Trade, and Investment INDEF, Andry Satrio Nugroho buka suara. Dia menyebut sejak awal tahun, terjadi peningkatan suku bunga acuan oleh The Fed sebanyak empat kali menjadi 5,5 persen. Hal ini berdampak pada kenaikan suku bunga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Komitmen Tanpa Batas, BPJS Kesehatan Berikan Layanan JKN Selama Libur Lebaran
"Pendeklarasian pasangan capres-cawapres yang berkontestasi pada Pilpres 2024 tidak terlepas dari situasi pemburukan ekonomi yang tengah terjadi," ucap dia, dikutip dari kanal YouTube INDEF, Jumat (22/03).
Bersinggungan dengan sektor industri, dia mengatakan dampak pemilu begitu dirasakan, meski tidak secara merata.
"Industri manufaktur, misalnya, tidak merasakan dampak yang cukup besar. Namun, beberapa sektor industri tertentu merasakan dampak positif. Salah satunya adalah industri tekstil dan pakaian jadi yang mendapatkan orderan kaos dan alat peraga kampanye. Sektor percetakan juga merasakan peningkatan permintaan, begitu pula industri makanan dan minuman," ujar dia.
Kendati demikian, secara keseluruhan, dampak pemilu terhadap industri manufaktur mungkin tidak sebesar sektor-sektor lain. Sektor-sektor nonindustri seperti jasa akomodasi, restoran, dan penginapan memberikan dampak yang lebih besar. Dia mengungkapkan penyelenggaraan kampanye membutuhkan berbagai layanan ini. Jasa telekomunikasi juga dipengaruhi oleh pemilu.
Baca Juga: Sentul City: Destinasi Favorit Menjalani Aktivitas di Bulan Ramadan dan Libur Lebaran
Lebih lanjut, dia juga membeberkan bahwa memasuki tahun baru dan merayakan Nataru (Natal dan Tahun Baru), berbagai sektor industri menunjukkan peningkatan kinerja. Kendati begitu pertanyaannya, apakah peningkatan ini hanya efek dari Pemilu, atau ada faktor lain yang memberikan dampak?
"Sebelum masa Pemilu, ada beberapa event yang berpotensi berdampak pada sektor industri, seperti perayaan tahun baru dan Nataru. Bila kita melihat data dari Purchasing Manager Index (PMI), ada kenaikan di akhir tahun. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan ini adalah aktivitas di sekitar Nataru. Permintaan produk dan jasa cenderung meningkat pada periode ini," jelas dia.
Baca Juga: Warga Gelar Demo, Larang Jokowi Berlebaran di Yogyakarta
"Tetapi jika kita melihat lebih jauh, peningkatan permintaan produk dan jasa di periode Nataru tidak sebesar yang akan kita lihat menjelang Ramadan dan Lebaran. Permintaan di bulan suci dan hari raya ini jauh lebih besar. Kita berharap bahwa data di Kuartal satu nanti akan mencerminkan tren ini," sambung dia.
Menurutnya dampak pemilu terhadap sektor industri, pada kenyataannya, hanyalah berlaku di satu kuartal saja. Jika kita melihat sekarang, satu putaran pemilu hanya berlangsung dalam satu kuartal. Jadi, dampak Pemilu mungkin hanya akan terlihat di Kuartal satu, dan sebagian kecil mungkin di Kuartal empat tahun sebelumnya.
Baca Juga: Bisa jadi Alternatif Investasi di Tengah Gejolak Ekonomi, Eksistensi Bitcoin Makin Disorot
"Data kuartal empat tahun lalu sudah dirilis, dan hasilnya menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi berpotensi untuk lebih optimal. Namun, kita perlu ingat bahwa ada banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja sektor industri, tidak hanya Pemilu. Event-event lain seperti Nataru, Ramadan, dan Lebaran juga memiliki dampak yang signifikan," pungkas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Naeli Zakiyah Nazah
Editor: Aldi Ginastiar