Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Migas dan Dekarbonisasi, Strategi Pertamina Wujudkan Indonesia Mandiri Energi

        Migas dan Dekarbonisasi, Strategi Pertamina Wujudkan Indonesia Mandiri Energi Kredit Foto: Pertamina
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pertamina buka suara terkait dengan strateginya dalam menjadi garda terdepan menjaga pertumbuhan hingga kelangsungan ekosistem energi dari Indonesia. Hal ini dilakukannya dalam ajang dari CERAWeek di Houston Amerika Serikat

        Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan strategi terkait adalah  memperkuat dan memperluas pengelolaan bisnis minyak dan gas eksisting dan pada saat bersamaan mengembangkan bisnis berkarbon rendah sebagai penggerak pertumbuhan sesuai dengan mandat yang telah diberikan ke Pertamina.

        Baca Juga: Pertamina - Pelindo Kuatkan Sinergi, Makin Yakin Wujudkan Bali Maritime Tourism Hub!

        Sejumlah hal terus menjadi perhatian, pihaknya harus menerapkan strategi pertumbuhan ganda yakni pertama, berupaya mempertahankan kebutuhan energi saat ini melalui bisnis warisan kami dalam bidang minyak dan gas. Namun di sisi lain tetap melakukan dekarbonisasi pada semua operasi internal, mulai dari hulu hingga hilir.

        Kedua, Pertamina juga akan fokus pada pengembangan bisnis berkarbon rendah, termasuk Carbon Offset, Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS), dan solusi berbasis alam (Natural Based Solution).

        “Saat ini, sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kedua strategi tersebut. Kami akan mengalokasikan sebagian besar anggaran kami pada sektor hulu untuk meningkatkan produksi minyak dan gas," ungkapnya dilansir Senin (25/3).

        Keduanya dijalankan dalam rangka memenuhi mimpi untuk menjadi negara yang mandiri akan energi. Sejumlah juga telah dilakukan untuk mencapainya, misalnya dengan melakukan konversi.

        "Kami harus mencapai kemandirian energi nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah, produk bahan bakar, dan LPG. Selain itu, kami juga telah melakukan konversi dari kilang minyak menjadi Bio Refinery, dan mengintegrasikannya dengan pabrik Petrokimia,” ujar Nicke.

        Baca Juga: Pertamina Resmikan AFT di Bandara YIA

        Nicke menguraikan alokasi belanja Perusahaan untuk menjawab strategi pertumbuhan ganda tersebut. Menurutnya, sebanyak 62% alokasi belanja investasi Pertamina akan diarahkan di sektor hulu, 20% untuk investasi kilang, dan sekitar 15% untuk pengembangan New and Renewable Energy (NRE).

        Namun seiring dengan berjalannya waktu, kata dia, Pertamina akan meningkatkan alokasi belanja Perusahaan untuk pengembangan bisnis berkarbon rendah.

        “Dari strategi pertumbuhan ganda ini, kami yakin bahwa transisi energi yang kami lakukan akan berlangsung tanpa ada yang perlu dikorbankan. Kami akan beralih menuju energi yang berkelanjutan tanpa mengorbankan keamanan dan ketersediaan energi,” imbuh Nicke.

        Baca Juga: Butuh Antisipasi Pertamina, Mulyanto Soroti Kelangkaan LPG di Jateng

        Di forum global tersebut, Nicke juga mengulas mengenai tantangan utama dalam transisi energi di Indonesia meliputi teknologi, pembiayaan, dan pengembangan SDM.

        Menurutnya memperbaiki kualitas talenta SDM harus dilakukan, agar siap dan relevan dengan kebutuhan energi masa depan. Teknologi juga sangat penting, meskipun Pertamina perlu mempertahankan produksi minyak dan gas serta mengurangi emisi karbon.

        “Kami telah melakukan dekarbonisasi ruang lingkup 1 dan 2 dalam operasi, dan kami berhasil mengurangi sekitar 31% emisi karbon dalam operasi internal, tetapi kami masih percaya bahwa masih banyak ruang untuk ditingkatkan,” tambah Nicke.

        Nicke mengakui bahwa dekarbonisasi adalah prioritas utama yang diikuti oleh pengembangan teknologi baru untuk memanfaatkan sumber daya domestik seperti bio energi. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi energi berbasis tumbuhan, sehingga diperlukan teknologi yang dapat mengolah sumber daya alam menjadi energi.

        Selain itu, tambahnya, pemboran unconventional dan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon juga penting untuk mengatasi tantangan offset karbon.

        Baca Juga: Pertamina Raih Skor Baik dalam Aksi Perubahan Iklim Global

        “Kami percaya bahwa teknologi dan kolaborasi adalah kunci untuk kemajuan dalam hal ini,”pungkas Nicke.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: