PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berhasil mengintegrasikan program Eco-Inovasi di Kawasan PLTA Paritohan dengan kajian Life Cycle Assessment (LCA) berdasarkan SNI ISO 14040:2016 dan SNI ISO 14044:2017.
Sinergi ini memberikan dampak signifikan dalam hal operasional PLTA Inalum di Paritohan menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan.
Baca Juga: Siap Operasi Tahun Ini, Inalum Optimistis Soal Progress SGAR
Corporate Secretary INALUM Mahyaruddin Ende mengatakan, keberhasilan adaptasi ini merupakan hasil dari usaha rekan-rekan di Paritohan dalam menghadirkan teknologi ramah lingkungan dalam hal penyediaan energi terbarukan.
Perusahaan berharap agar inovasi-inovasi ini dapat terus hadir dan bisa mewujudkan INALUM sebagai perusahaan modern yang ramah lingkungan.
“Akhirnya usaha inovasi dari INALUM Unit Paritohan dalam menyinergikan Kajian LCA dan EcoInovasi bisa membuahkan hasil. Tentu ini merupakan pencapaian terbaik karena perusahaan memang berkomitmen dalam menciptakan industri aluminium yang ramah lingkungan. Tentu saja ini akan membuat operasional PLTA Paritohan menjadi lebih efisien tanpa mengurangi penyediaan listrik untuk kebutuhan peleburan,” ujar Mahyaruddin dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (26/3/2024)
Sebagai informasi, Kajian LCA merupakan pendekatan dari hulu ke hilir atau cradle to grave untuk menilai suatu sistem produk secara kuantitatif. Dengan melakukan penilaian daur hidup, pengambil keputusan dapat mempunyai dasar yang berbasis data dan fakta dalam mengambil keputusan.
Pada INALUM Unit PLTA Paritohan, Eco-Inovasi melalui pendekatan LCA dilakukan kepada 3 bendungan yang dimiliki oleh perusahaan dan berfokus pada Efisiensi Energi, Penurunan Emisi, dan Efisiensi Air.
Baca Juga: Maret Tak Selesai, Pemerintah Siap Blacklist Penyedia Lampu Jalan Ramah Lingkungan
Dalam hal Efisiensi Energi, PLTA Inalum melalui Regulator Dam mampu melakukan penghematan Energi hingga 14,232 GJ sehingga mampu meningkatkan efisiensi energi, produktivitas sumber daya, virtualisasi produk, dll.
Sementara pada Penurunan Emisi, Inalum melakukan Penurunan Emisi GRK hingga 0,736 TonCO2eq dengan melakukan Isolating Power System With Switch-Gear.
Kemudian dalam aspek pengelolaan limbah B3, INALUM melakukan Reclaiming Lube-Oil dengan menggunakan metode vacuum treatment pada main transformer yaitu dengan mengganti proses dengan dengan yang lebih efisien dan efektif sehingga tingkat timbulan sampah tersebut lebih rendah (yaitu proses yang lebih eko-efisiensi).
Baca Juga: Terpilih Jadi Penerus Jokowi, Prabowo: Kita Akan Berusaha Meminimalkan Korupsi
"Hasil didapat dari inovasi ini adalah INALUM mampu mengurangi Limbah B3 hingga 1,16 Ton," ujarnya.
Sementara untuk Limbah Non-B3, Inalum berhasil memanfaatkan limbah stator coil pada generator sebagai bahan baku pendukung pembuatan aluminium ingot.
Hasilnya Mempromosikan dan meningkatkan daur ulang, daur ulang, daur ulang, limbah (yaitu logistik, sistem pengambilan kembali, teknologi, dll. Serta berhasil mengurangi Limbah Non-B3 hingga 1,16 Ton.
Sementara dalam hal efisiensi air, Inalum menggunakan modifikasi rotasi sudut inlet refrigerator untuk optimalisasi proses pendinginan. Dengan proses ini, Inalum berhasil meningkatkan efisiensi Air hingga 1.088.640 m3.
Perusahaan berkomitmen dalam melakukan efisiensi energi dan mengoptimalkan penggunaan sumber energi terbarukan dan konservasi sumber daya alam. Inalum telah memperoleh sertifikasi ISO 50001:2018 yang memenuhi persyaratan standar internasional Sistem Manajemen Energi.
Baca Juga: Tok! MK Tetap Perbolehkan Aktivitas Tambang di Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil Dengan Syarat
"Inalum mendapatkan penghargaan Nasional Laporan dan Komitmen Dalam Penerapan Manajemen Energi di bidang efisiensi energi pada tahun 2019 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Aldi Ginastiar