WE Online, Den Haag - Walikota Den Haag, Belanda, Joziaas van Aartsen telah meresmikan Munirpad, sebuah jalan yang menjadi jalur jalan kaki dan sepeda panjang di lingkungan Martin Luther King-Laan, dekat Salvador Allende Straat dalam kompleks perumahan Den Haag, pada sore hari 14 April 2015.
Peresmian tersebut dibuka oleh sambutan dari Walikota Den Haag, Joziaas Van Aartsen, yang dilanjutkan pidato dari Suciwati Munir serta pidato oleh Eduard Nazarski, Direktur Amnesty Internasional Belanda. Walikota Den Haag dan Suciwati kemudian membuka tabir jalan Munir dan tabur bunga bersama di Munirpad. Terpampang dalam plang jalan tersebut: Munir Said Thalib 1965-2004, Indonesische voorvechter van de bescherming de rechten van de mens (Munir Said Thalib 1965-2004, Pejuang Hak Asasi Manusia Indonesia).
Acara ini dihadiri sekitar 80 orang, termasuk warga Indonesia yang tinggal di Belanda. Hadir dalam peresmian ini adalah Hendardi dan Rachland Nasidik, mantan Tim Pencari Fakta kasus Munir serta Nursyahbani Katjasungkana, mantan anggota DPR RI, para sahabat Munir di Belanda serta mahasiswa yang bersekolah di Belanda. Tidak ada perwakilan dari pemerintah Indonesia yang hadir dalam acara ini.
Dalam sambutannya, Wali Kota Den Haag menyatakan apresiasinya atas perjuangan Munir. Ia juga menegaskan bahwa Kota Den Haag mendukung upaya pemajuan HAM yang diperjuangkan oleh Munir dan Suciwati. Ia menyatakan kebahagiaannya karena Suciwati bisa hadir dalam peresmian nama jalan tersebut.
Suciwati menyatakan bahwa upaya mengabadikan jalan Munir merupakan sebuah kehormatan besar dari Kota Den Haag. "Saya yakin apresiasi ini pasti tidak sembarangan, nama Munir ada disini karena apa yang dia lakukan. Sayangnya bukan di tanah airnya sendiri, bukan di negeri tempat ia lahir dan dibesarkan bersama orang-orang lain yang mengaku sebangsa. Bukan diberikan oleh Ibu Pertiwi yang kepadanya ia bersumpah setia sepanjang hidupnya," katanya.
Senada dengan hal tersebut, Eduard Nazarski, Direktur Amnesty Internasional Belanda menyatakan bahwa "Amnesty International berbahagia bahwa kota Den Haag memberikan penghargaan kepada Munir dengan mengingat namanya dalam rencana tata jalan kota tersebut," ujarnya.
Inisiatif untuk mendorong pemberian Jalan Munir ini telah disampaikan oleh Walikota Den Haag pada acara Festival Film HAM, Movie That Matter di Belanda pada 2011 lalu. Namun janji tersebut tak kunjung dipenuhi. Pemerintah kota beralasan bahwa tidak ada kompleks perumahan baru di Den Haag sehingga sulit membuat jalan baru. Namun Amnesty Internasional di Belanda terus mendesak pemenuhan janji tersebut. Seiring dengan kebijakan baru untuk memberikan nama bagi jalan-jalan setapak dan sepeda di Den Haag agar mudah diidentifikasi, akhirnya pemerintah kota membuat jalan setapak Munir. Kepastian tersebut disampaikan langsung kepada Suciwati dan Amnesty Internasional pada pertemuan di Den Haag, September tahun lalu.
Ruas jalan setapak untuk sepeda, motor, pejalan kaki merupakan bagian dari tradisi Belanda karena warga setempat akan sering melewati jalan serupa itu untuk kegiatan keseharian warga dan menjadi jalan pintas di kawasan tersebut. Belanda adalah sebuah negara dengan budaya bersepeda terbesar di dunia dan warganya terbiasa senang berpergian dengan berjalan kaki.
Malam harinya, pemerintah Kota Den Haag dan Amnesty Internasional menyelenggarakan diskusi publik di Rumah Kemanusiaan (Humanity House) di Den Haag. Acara tersebut diisi oleh peneliti dari Amnesty International, Papang Hidayat yang menyampaikan tentang situasi pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia serta Suciwati yang menyampaikan tentang upaya-upaya yang dilakukan dalam mendorong penyelesaian kasus Munir, termasuk upaya pendidikan melalui Omah Munir. Prof. Dr. Gerry van Klinken dari Universitas Leiden menjadi moderator acara.
Sehari sebelumnya, 13 April 2015 Direktur Amnesty Internasional Belanda, Eduard Nazarzki juga meresmikan Kamer Munir, Ruang Munir sebagai salah satu ruang pertemuan di kantor tersebut. Nama-nama aktivis HAM dunia lainnya juga diabadikan dalam ruangan-ruangan pertemuan di kantor Amnesty Internasional. Ia mengatakan bahwa "Munir telah membuat upaya luar biasa untuk memperbaiki situasi hak asasi manusia di Indonesia. Dia adalah orang yang berani dan gigih dan kami sangat kehilangan Munir," katanya.
Di sisi ruangan tersebut terpampang foto Munir serta quote dari perkataan Munir dalam bahasa Inggris, Belanda dan Indonesia yang berbunyi:
"Jangan takut akan perasaan takut diri sendiri, karena perasaan takut kita dapat menghilangkan akal pikiran sehat kita" ? Munir.
Dalam hidupnya, Munir membangun relasi dan kerjasama dengan berbagai organisasi HAM di dunia, termasuk Amnesty Internasional. Peresmian ruangan ini adalah bentuk pengakuan atas dedikasi dan komitmen Munir terhadap isu hak asasi manusia yang universal.
Seluruh inisiatif ini diharapkan menjadi pemicu bagi pemerintah Indonesia untuk menjalankan tanggung jawab atas penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM warga negaranya. Seperti harapan Suciwati, "Semoga hal ini justru jadi pijakan pemerintah Indonesia yang baru agar segera menangkap dalang pembunuh Munir," harapannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Achmad Fauzi
Editor: Achmad Fauzi
Tag Terkait: