PT Pertamina (Persero) saat ini sedang mengembangkan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari minyak goreng bekas. Hal tersebut dipaparkan oleh SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muriza.
Oki menyebut jika pihaknya memprediksi pengembangan BBM dari bahan minyak goreng bekas ini bisa terlaksana pada akhir tahun 2024 nanti.
Baca Juga: Pertamina Sukses Jadi Raja Penyumbang Pajak BUMN di 2023
"Kita juga yang sedang kita kejar adalah menjelang akhir tahun ini kita ingin menghasilkan sustainable efficient fuel. Dari apa? Dari minyak goreng bekas. Jadi minyak goreng bekas yang potentially memberikan penyumbatan di selokan air dan seterusnya," kata Oki, beberapa waktu yang lalu.
Oki menganggap jika BBM dari sumber minyak bekas bisa menjadi BBM yang berkelanjutan dan efisien.
Untuk diketahui, sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyebut jika minyak jelantah atau used cooking oil bisa digunakan sebagai sumber bahan bakar aviasi atau penerbangan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Luhut dalam akun Instagram pribadinya, @luhut.pandjaitan. pemanfaatan minyak jelatah menurut Luhut lumrah dilakukan di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura.
Baca Juga: Pertamina Dorong Optimalisasi Kilang untuk Ketahanan Energi Nasional
"Pernahkah terpikirkan bahwa minyak jelantah atau used cooking oil dapat menjadi bahan bakar untuk industri aviasi atau penerbangan? Hal ini ternyata sudah lumrah dilakukan di beberapa negara tetangga kita, seperti Malaysia dan Singapura," jelas Luhut, dalam akun Instagramnya, Rabu (29/5/2024) lalu.
Dirinya juga menulis bahwa Indonesia memiliki peluang dan potensi minyak jelatah yang cukup melimpah sebesar 1 juta liter per tahunnya yang mana 95% di antaranya diekspor ke beberapa negara.
Maka dari itu, dirinya mengaku akan turun tangan untuk memimpin Rapat Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia untuk menindaklanjuti potensi tersebut.
Baca Juga: Impor Minyak Sawit India Tercatat Melonjak, Ada Apa?
"Mengapa hal ini penting? Berdasarkan data IATA, Indonesia diprediksi akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat di dunia dalam beberapa dekade ke depan. Dengan asumsi kebutuhan bahan bakar ini mencapai 7.500 ton liter hingga 2030," bebernya.
Selain itu, dia juga mengungkapkan jenis sumber bahan bakar aviasi lain yang dimanfaatkan dari minyak sawit. Hal tersebut telah berhasil dilakukan pengaplikasiannya.
"Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi sudah melakukan uji coba statis yang sukses dari SAF, untuk digunakan pada mesin jet CFM56-7B. Hal ini membuktikan bahwa produk mereka layak digunakan pada pesawat komersil," imbuhnya.
Dia menyebut bahwa pemanfaatan SAF dalam industri aviasi diharapkan bisa mencetak keuntungan hingga Rp12 triliun per tahunnya. Selain itu, dia berharap pemanfaatan SAF bisa menjadi pintu masuk investasi kilang baik dari pihak swasta maupun BUMN.
Baca Juga: Diam-diam Eropa dan Amerika Tertarik sama Minyak Jelantah Indonesia
"Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah penciptaan nilai ekonomi melalui kapasitas produksi kilang-kilang biofuel Pertamina, diestimasikan bahwa penjualan SAF secara domestik dan ekspor dapat menciptakan keuntungan lebih dari Rp 12 triliun per tahunnya," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: