Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diam-diam Eropa dan Amerika Tertarik sama Minyak Jelantah Indonesia

Diam-diam Eropa dan Amerika Tertarik sama Minyak Jelantah Indonesia Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Traction Energy Asia, Tommy A. Pratama mengungkapkan bahwa potensi minyak jelantah (UCO) di Indonesia begitu besar jumlahnya mencapai 2 juta liter pertahun. Potensi ini pun banyak diminati di pasar internasional khususnya Eropa dan Amerika sebagai bahan baku biodiesel.

”Ini diperkirakan kalau minyak jelantah itu bisa sampai 2 juta kilometer /per tahun ini angka konservatif ya jadi bukan tidak mungkin itu bisa lebih tinggi dari potensi yang kita perkirakan,” ujar Tommy pada gelaran Diseminasi & Penyerahan Naskah Akademik Tata Kelola & Tata Niaga Minyak Jelantah, di Pullman Jakarta, Senin (05/08/2024).

Saat ini Indonesia bersaing bersama India dan China dalam memenuhi pasar global permintaan minyak jelantah. 

”Nah, minyak jelantah ini juga memiliki nilai, dia juga merupakan satu komunitas yang cukup dicari di pasar internasional, di Eropa dan Amerika minyak jelantah menjadi biodiesel, dan juga negara-negara lain menghasilkan minyak jelantah seperti India, Indonesia satu-satunya, dan juga China merupakan penyumbang ke Eropa dan ke Amerika,” lanjut Tomi.

Sementara itu, Direktur Riset, Traction Energy Asia Sudaryadi menyampaikan bahwa pemanfaatan minyak jelantah (UCO) sebagai bahan baku biodiesel jauh lebih rendah emisi dibanding CPO yang berasal dari olahan kelapa sawit. 

Baca Juga: Pedagang Mengeluh Harga MinyaKita yang Merangkak Naik dan Langka di Pasaran

”Kajian tersebut kami menghasilkan kesimpulan bahwa biodiesel berbahan baku UCO jauh lebih memiliki emisi karena jejak karbonnya juga rendah karena merupakan limbah, dan rantai produksinya jauh lebih pendek. Itu kita laksanakan di tahun 2022,” sambung Sudaryadi.

Sudaryadi melanjutkan, jika dapat dihilirisasi di dalam negeri, pihaknya mendorong agar minyak jelantah dapat menjadi opsi sebagai feedstock komplementer dalam pengembangan biofuel di Indonesia.

Pihaknya pun menyasar penggunaan bahan bakar ini untuk sektor nelayan.

”Potensi pemasaran sudah diarahkan kepada sektor perikanan. Kenapa kita mencoba pasar sektor perikanan? Karena sektor perikanan juga termasuk yang meminum solar cukup banyak. Banyak sekali potensi-potensi permintaan di sektor perikanan itu gede sekali. Bahkan tidak kalah dari sektor transportasi,” tutup Sudaryadi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: