Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hadapi Banyak Tantangan di BUMN, Layakkah Erick Thohir Masuk Kabinet Prabowo?

        Hadapi Banyak Tantangan di BUMN, Layakkah Erick Thohir Masuk Kabinet Prabowo? Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka setelah ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih kini Bersiap dengan transisi pemerintahan dan membentuk kabinet. Komposisi kabinet Prabowo masih terus dibahas bersama tim. Salah satu nama yang tercantum dalam komposisi kabinet itu yakni nama Erick Thohir.

        Menanggapi hal tersebut, Peneliti Sinergi Kawal BUMN, Willy Kurniawan berharap Presiden Prabowo dan tim penyusun kabinet berpikir ulang untuk memasukan nama Erick Thohir. Willy beralasan, banyaknya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang rugi bahkan gulung tikar saat ini menjadi bukti bahwa Erick Thohir menghadapi cukup banyak tantangan dalam menjalankan tugasnya.

        Baca Juga: Prabowo Bakal Bentuk Badan Penerimaan Negara, Tugas Utama Jaga Penerimaan Negara dan Permudah Pelaku Ekonomi

        “Di era Erick Thohir menjadi menteri, banyak BUMN yang gulung tikar. Yang terbaru BUMN Farmasi (Kimia Farma) yang merugi dan menutup operasional 5 pabrik. Selain itu, BUMN Karya seperti Waskita juga merugi,” kata Willy kepada media di Jakarta, kemarin.

        Selain itu, yang menjadi hambatan Erick dalam mengurus BUMN, lanjut Willy, lantaran ia juga memiliki tanggung jawab lain sebagai Ketua Umum PSSI. 

        “Lantas apa kinerja Erick Thohir yang cemerlang, buktinya utang BUMN malah menggunung. Bahkan berdasarkan data terbaru tembus diangka 6000 triliun,” tegasnya. 

        Willy menjelaskan, di masa 10 tahun pemerintahan Jokowi aset BUMN justru tumbuh dari Rp4.577 triliun di tahun 2014 menjadi Rp10.411 triliun di akhir tahun 2023. “Pertumbuhan aset BUMN paling cepat terjadi pada pemerintahan Jokowi periode pertama (di bawah Menteri Rini Sumarno) sebesar 16,3 persen per tahun,” jelas Willy.

        Sementara pertumbuhan aset BUMN di periode kedua (di bawah Menteri Erick Tohir) hanya 5,1% pertahun. Cepatnya pertumbuhan aset BUMN periode pertama adalah akibat dari kebijakan revaluasi aset BUMN yang diusulkan oleh mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli pada tahun 2015.

        Baca Juga: Menteri BUMN Era Prabowo-Gibran Jangan Lagi Dijabat Tim Sukses, Ini Alasannya

        “Tercatat utang BUMN selama 10 tahun terakhir adalah sebesar Rp 959 triliun. Yang terbagi pada periode pertama sebesar Rp 125 triliun, dan periode kedua sebesar Rp 834 triliun- atau dengan kata lain sebagian besar (87%) utang BUMN periode Jokowi dibuat di periode kedua,” imbuh Willy.

        Lebih lanjut, Willy berpendapat sebaiknya Erick ke depan fokus di PSSI agar tim nasional sepak bola Indonesia masuk piala dunia. “Kita semua kan tahu prestasi ET di dunia sepak bola. Jadi menurut saya pemerintah harus memberikan kesepatan kepada ET agar PSSI lebih fokus membuat bola Indonesia maju,” imbuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Belinda Safitri
        Editor: Belinda Safitri

        Bagikan Artikel: