Studi Arthur D. Little tentang Pasar Otomotif Paparkan Inovasi hingga Kesenjangan Distribusi
Arthur D. Little (ADL) merilis studi terbaru tentang “Future of Automotive Mobility” edisi 2024 yang menyoroti tren dan tantangan utama yang dihadapi oleh pasar otomotif global.
Berdasarkan penelitian terhadap lebih dari 16.000 konsumen dari 25 negara, laporan ini menunjukkan bahwa prediksi terkait sektor mobilitas yang terhubung, otonom, berbagi, dan elektrik atau Connected, Autonomous, Shared, and Electric (CASE) dari dekade terakhir masih jauh dari realisasi.
Meskipun kini kendaraan semakin terkoneksi dan canggih, konsumen tetap menginginkan kemudi dengan sistem bantuan, bukan sepenuhnya otonom, dengan alasan keselamatan.
Selain itu, dengan kepemilikan mobil yang secara keseluruhan semakin meningkat, konsumen lebih menunjukkan minat dan komitmen terhadap perjalanan individu, bukan berbagi (sharing). Laporan ini juga menemukan bahwa kemajuan perkembangan mobilitas listrik dinilai semakin pesat, tetapi dengan tren yang lebih fokus pada pilihan sistem hibrida daripada pilihan untuk beralih langsung ke kendaraan listrik berbasis baterai (BEV).
Kendati demikian, sebanyak 44% dari jumlah pengemudi kendaraan dengan mesin pembakaran internal (ICE) di seluruh dunia masih berencana untuk membeli kendaraan bertenaga ICE, di mana angka ini meningkat menjadi hampir dua pertiga (65%) di Amerika Serikat.
Baca Juga: Gandeng Komunitas Mobil Offroad, Goodyear Indonesia Luncurkan Ban Wrangler Duratrac RT
Studi yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2015 ini menggarisbawahi kesenjangan yang semakin terlihat antara pasar otomotif yang sudah matang (Asia Timur Laut, Amerika Utara, dan Eropa) yang hampir mencapai puncak motorisasi, tetapi dengan demografi konsumen yang kurang terbuka terhadap inovasi baru dalam hal digitalisasi dan otonomi, dengan pasar otomotif yang sedang berkembang, seperti di Tiongkok, India, Asia Tenggara, dan Timur Tengah.
Di kawasan-kawasan ini, kepemilikan mobil semakin menunjukkan urgensinya, dengan demografi konsumen yang sangat terbuka terhadap inovasi produk dan saluran penjualan. Elektrifikasi menjadi pemisah antara kedua kelompok ini-pasar yang sudah matang, selain AS dan Jepang, dapat dengan cepat menerima kehadiran kendaraan listrik (EV), sedangkan pasar yang sedang berkembang lebih lambat untuk mengadopsinya, dengan pengecualian China (sebagai pemimpin global di sektor ini).
Richard Parkin, Partner dan juga Pakar ADL di bidang Automotive and Growth Practices, mengatakan, “Penelitian kami menunjukkan bahwa pandangan sederhana tentang kemajuan searah menuju dunia yang terhubung, otonom, berbagi, dan elektrik (CASE) tidak lagi mencerminkan kompleksitas situasi saat ini. Hal ini terjadi karena saat ini, baik produsen maupun konsumen, melakukan evaluasi kembali terhadap biaya dan manfaat yang diberikan."
"Kami juga melihat perbedaan yang signifikan dan semakin meningkat antara pasar yang sudah matang, seperti di AS, Eropa, dan Asia Utara, yang berada pada puncak motorisasi, dengan pasar yang lebih dinamis, namun juga sensitif terhadap harga, seperti di kawasan Asia lainnya, dan Timur Tengah. Untuk menjadi OEM otomotif yang sukses, mereka harus bersiap dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul, seperti menavigasi tantangan regulasi dan geopolitik, serta mengatasi dampak dari kehadiran disruptor industri baru, seperti manufaktur EV di China. Semua hal ini dilakukan sembari meningkatkan digitalisasi,” lanjutnya.
Baca Juga: AUKSI dan Oto.com Permudah Diler Mobil Bekas Akses Kendaraan Lelang Melalui Kerja Sama Strategis
Studi ini berfokus pada lima topik: profil kepemilikan mobil, adopsi layanan mobilitas baru, kemudi otonom (autonomous driving), sistem drivetrains alternatif (termasuk EV), dan dampak penggunaan alat digital terhadap penjualan model. Beberapa temuan studi tersebut meliputi:
- De-motorisasi adalah fenomena yang terbatas di lingkungan urban-misalnya, sebanyak 76% dari mereka yang tinggal di kota-kota Eropa dengan populasi lebih dari 5 juta jiwa (yang semuanya memiliki jaringan transportasi umum yang kuat) mengatakan bersedia untuk tidak lagi menggunakan mobil, namun secara umum kepemilikan mobil terus meningkat di seluruh dunia.
- Kurang dari 50% konsumen telah mencoba layanan mobilitas baru, seperti layanan tumpangan (ride-sharing) dan berbagi mobil (car-sharing). Layanan pemesanan kendaraan (ride-hailing), yakni taksi dengan menggunakan sistem antarmuka pengguna digital, sangat populer di semua wilayah.
- Hampir dua pertiga (65%) konsumen menyebutkan bahwa risiko keselamatan akibat kesalahan mesin (machine error) menjadi kekhawatiran terbesar mereka dalam mengemudikan kendaraan otonom, dengan tingkat kepercayaan yang tidak mengalami peningkatan secara signifikan dalam lima tahun terakhir.
- Powertrain hybrid dan plug-in hybrid akan memainkan peran penting dalam mobilitas di masa depan, dengan 34% konsumen global mengharapkan kendaraan berikutnya berjenis hibrida. Angka ini sama dengan persentase konsumen yang memilih mesin ICE, dan lebih unggul dari opsi BEV murni dengan hanya 26% konsumen memilihnya.
- Saluran penjualan fisik (seperti dealer mobil) masih tetap relevan, dengan lebih dari tiga perempat (77%) konsumen global menyatakan bahwa konsultasi pribadi saat proses pembelian kendaraan menjadi faktor utama dalam meningkatkan kepuasan mereka. Ini kemudian membatasi peluang untuk melakukan digitalisasi penuh, meski terdapat 53% konsumen di Timur Tengah yang terbuka untuk melakukan transaksi secara digital.
Hirotaka Uchida, Partner sekaligus Head of Thailand dan Head of Automotive and Manufacturing Practice di ADL Asia Tenggara, mengungkapkan, “Asumsi kemajuan global yang lurus menuju pasar otomotif yang terkoneksi, otonom, berbagi, dan elektrik sedang diuji. Konsumen saat ini lebih mengutamakan keamanan, keandalan, dan kepemilikan pribadi. Di sisi lain, elektrifikasi semakin bergerak maju dengan dipimpin oleh kendaraan listrik hybrid dan plug-in hybrid."
"Dalam periode transisi ini, penting untuk secara optimal memperkenalkan berbagai teknologi dan produk ke setiap pasar yang memiliki tingkat kemajuan yang berbeda. Produsen otomotif harus membuat keputusan yang jelas apakah mereka akan merespons semua arah atau akan fokus pada teknologi, produk, atau pasar tertentu, tergantung pada sumber daya yang mereka miliki,” lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: