Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cetak Laba Bersih Rp 41 T, Pertamina Optimis di Akhir Tahun Pendapatan Capai Rp1.200 T

        Cetak Laba Bersih Rp 41 T, Pertamina Optimis di Akhir Tahun Pendapatan Capai Rp1.200 T Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di tengah tekanan bisnis industri minyal dan gas (migas), PT Pertamina (Persero) mencatat laba bersih mencapai US$ 2,6 miliar hingga Oktober 2024 atau Rp 41,38 triliun dalam kurs Rp 15.918.

        Sedangkan pendapatan atau revenue Pertamina hingga Oktober 2024 mencapai US$ 62,5 miliar, Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro pun optimis sampai akhir tahun bisa menyamakan realisasi pada 2023 yang mencapai US$ 75,8 miliar atau setara Rp1,2 kuadriliun (sekitar Rp1.200 triliun).

        Baca Juga: Insentif Mobil Hybrid Kemungkinan Akan Dikucurkan Awal 2025, Dalam Bentuk Apa?

        "Kami perlu menceritakan bahwa di tahun 2024 ini kita mengalami situasi yang sangat memberikan pressure di bisnis midstream, khususnya di kilang dan ini dibuktikan dengan hal serupa terjadi juga di banyaknya kilang-kilang di dunia yang harus struggle untuk menjalankan operasionalnya," kata Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, dikutip Rabu (4/12).

        Lebih lanjut, hingga Oktober 2024 Pertamina sudah menggelontorkan belanja investasi sebesar US$ 4,7 miliar untuk mendukung target kinerja perusahaan, alokasi terbesar diutamakan untuk kegiatan hulu yang menghasilkan produksi minyak.

        "Tentu saja sebagai semangat dari holding subholding, kita terus melakukan efisiensi di mana di tahun 2024 ini kita sudah membukukan cost optimization sebesar US$ 780 juta, terdiri dari kegiatan cost saving, cost avoidance dan revenue generator," ungkapnya.

        Untuk diketahui, tahun 2023, laba bersih yang berhasil dibukukan Pertamina sebesar US$ 4,44 miliar, sedangkan pendapatan perusahaan mencapai US$ 75,8 miliar.

        "Kinerja financial kita dalam 3 tahun terakhir masih membukukan posisi yang positif walaupun kita tahu bisnis hydrocarbon ini sangat dipengaruhi oleh volatility baik itu yield politic, supply demand, maupun ada disruption dari technology," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
        Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

        Bagikan Artikel: