Pada Februari 2021, Pat Gelsinger diangkat sebagai CEO Intel dengan harapan besar untuk mengembalikan kejayaan perusahaan. Sebagai mantan insinyur Intel dan arsitek prosesor 80486, Gelsinger memiliki rekam jejak yang baik di dunia teknologi. Ditambah dengan reputasinya sebagai CEO yang sukses di VMware, banyak pihak percaya bahwa ia adalah sosok yang tepat untuk memimpin Intel keluar dari krisis.
Tidak lama setelah menjabat, Gelsinger mengungkapkan visinya tentang budaya kerja di Intel, yang ia sebut sebagai "budaya Grovian".
“Kami membawa kembali disiplin eksekusi Intel. Saya menyebutnya budaya Grovian, di mana kami melakukan apa yang kami katakan akan kami lakukan. Kami memiliki kepercayaan pada eksekusi kami. Tim kami bersemangat. Ketika kami berkomitmen untuk melakukan sesuatu, kami melakukannya lebih baik dari ekspektasi. Itulah budaya Intel yang kami hidupkan kembali,” kata Pat dilansir dari INC.
Pada saat itu, Intel memang berada dalam situasi sulit. Di bawah kepemimpinan sebelumnya, perusahaan menghadapi keterlambatan fatal dalam pengembangan teknologi chip canggih. Sementara itu, kompetitor Intel seperti TSMC dan Nvidia telah melampaui dalam inovasi dan pangsa pasar. Gelsinger diharapkan membawa perubahan besar melalui pendekatan disiplin dan strategis.
Gelsinger memiliki hubungan emosional dengan Intel, tempat ia menghabiskan sebagian besar kariernya. Keahliannya dalam teknologi dan pemahamannya tentang budaya internal Intel membuatnya tampak sebagai pilihan ideal untuk memimpin transformasi ini.
Namun, ternyata perjalanan Gelsinger sebagai CEO tidak berjalan sesuai harapan. Salah satu tantangan terbesar adalah ketertinggalan Intel dalam teknologi fabrikasi chip. Ketika pesaing seperti TSMC dan Samsung berhasil menguasai teknologi proses 5nm dan 3nm, Intel masih berjuang menyelesaikan masalah pada proses 7nm.
Intel juga mengalami kemunduran besar di pasar saham. Pada era kepemimpinan Gelsinger, kapitalisasi pasar Intel menurun drastis, dari posisi yang sudah melemah menjadi kurang dari setengahnya. Sebaliknya, pesaing seperti Nvidia justru mengalami lonjakan signifikan. Sebagai perbandingan, Nvidia yang bernilai $350 miliar pada saat Gelsinger mulai menjabat, kini bernilai $3,3 triliun.
Pada akhir 2023, tekanan terhadap Gelsinger semakin meningkat. Dewan Direksi Intel akhirnya kehilangan kesabaran terhadap rencananya untuk memulihkan perusahaan. Pada awal 2024, Gelsinger diberi pilihan untuk mengundurkan diri atau dipecat. Langkah tersebut menandai akhir perjalanan karier Pat Gelsinger di Intel sebagai CEO.
Baca Juga: Gagal Balikkan Kejayaan Intel, CEO Patrick Gelsinger Dipaksa Lepas Jabatannya
Kisah Pat Gelsinger di Intel memberikan pelajaran penting tentang kepemimpinan dan strategi bisnis.
- Meskipun Gelsinger memahami budaya Intel, ia gagal mengatasi tantangan eksternal yang lebih besar, seperti persaingan teknologi dan perubahan pasar.
- Tidak cukup hanya memenuhi janji, sebab janji tersebut harus relevan dengan kebutuhan dan tantangan perusahaan. Fokus pada "budaya Grovian" mungkin bukan prioritas yang tepat untuk situasi Intel saat itu.
- Di industri teknologi, kemampuan untuk terus berinovasi adalah faktor penentu keberhasilan. Ketertinggalan Intel dalam teknologi fabrikasi chip menjadi bukti bahwa inovasi tidak boleh diabaikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: