Perjalanan Bisnis Garibaldi Thohir, Gagal di Properti tapi Sukses Besar di Batu Bara
Garibaldi Thohir, atau yang akrab disapa Boy Thohir, adalah sosok pengusaha sukses di sektor batu bara. Ia dikenal sebagai pemimpin dari PT Adaro Energy Tbk, salah satu perusahaan eksportir batu bara terbesar di dunia.
Boy Thohir lahir dari keluarga terpandang sebagai anak dari Teddy Thohir, salah satu pendiri Astra International. Namun, kemewahan keluarga itu tidak membuat jalannya menuju kesuksesan menjadi mudah, melainkan inspiratif bagi banyak orang.
Boy menyelesaikan pendidikannya di Amerika Serikat dengan gelar master dari Northrop University Los Angeles pada 1989, setelah sebelumnya berkuliah di University of Southern California (USC) dan lulus pada 1988.
Sepulangnya ke Indonesia, Boy sempat ingin bekerja di perusahaan besar seperti Citibank atau Astra International, namun keinginan ini ditolak oleh ayahnya yang mengharapkannya menjadi pengusaha.
Pada 1991, Boy mencoba peruntungannya di dunia bisnis properti. Ia mendapat proyek untuk membebaskan lahan seluas 20 hektare, tetapi hanya berhasil membebaskan 3 hektare karena kendala ekonomi. Akhirnya, Boy menjual perusahaannya kepada ayahnya.
Meski gagal, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga. Ia sering menyebut dirinya saat itu sebagai "RCTI" atau "Rombongan Calo Tanah Indonesia," sebuah ungkapan yang menegaskan awal mula karier bisnisnya.
Boy mulai masuk ke industri batu bara pada 1992 dengan bergabung di PT Allied Indo Coal di Sawah Lunto, Sumatera Barat, di mana ia memegang 20% saham. Namun, krisis moneter pada 1998 membuat mitra bisnisnya meninggalkan Indonesia. Boy tetap melanjutkan usaha ini dan menjadikannya titik awal kebangkitannya.
Pada 2005, bersama Theodore Permadi Rachmat, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, dan Benny Soebianto, Boy membentuk konsorsium untuk membeli saham Adaro Energy dari New Hope. Di bawah kepemimpinannya, Adaro Energy berhasil melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 2008 dan terus berkembang pesat.
Selain di sektor batu bara, Boy juga sukses mendirikan WOM Finance, sebuah perusahaan pembiayaan kendaraan yang dimulai dengan modal Rp 5 miliar dan berhasil dijual seharga US$ 150 juta.
Dana tersebut menjadi salah satu modal utamanya untuk membeli tambang batu bara di Kalimantan Selatan dan mengembangkan Adaro Energy. Kini, Boy dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia.
Forbes mencatat kekayaannya mencapai US$ 3,45 miliar (Rp52,28 triliun) pada 2022, US$ 2,6 miliar (Rp40,30 triliun) pada 2023, dan $3,8 miliar (Rp62 triliun) pada 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: