Bakal Jadi Pendorong Kunci Ekonomi 8%, Ini Langkah Pemerintah Majukan Sektor Pariwisata

Bakal Jadi Pendorong Kunci Ekonomi 8%, Ini Langkah Pemerintah Majukan Sektor Pariwisata Kredit Foto: Antara/Media Center KTT ASEAN 2023/Zabur Karuru
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan multiplier effect terbesar dalam perekonomian.

Sehingga diproyeksikan dapat menjadi salah satu pendorong kunci mewujudkan target pertumbuhan ekonomi hingga 8% di 2029, serta mendorong penciptaan kondisi perekonomian yang tangguh.

Baca Juga: PKS Dukung Ide Prabowo Kasih THR ke Ojol

Dan tentunya dalam mendukung perkembangan pariwisata harus dilakukan melalui kolaborasi dan sinergi lintas sektor.

Menko Airlangga menyampaikannya ketika memberikan keynote speech dalam acara Indonesia Tourism Development Project (ITDP) National Forum, di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

"Pasca pandemi Covid-19, kinerja sektor pariwisata terus mengalami peningkatan. Sepanjang 2024, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB mencapai 4% atau meningkat dibandingkan 2023 sebesar 3,9%," jelasnya, dikutip dari siaran pers Kemenko Perekonomian, Jumat (14/3).

Menko Airlangga juga mengungkapkan terima kasih kepada World Bank atas dukungannya kepada 6 destinasi wisata, dan juga berharap bahwa ke depannya dapat dilanjutkan ke banyak destinasi lainnya. 

“Tadi kalau mendengar dari apa yang disampaikan Menteri Bappenas, ada 2 dari 4 (destinasi wisata) yang nilainya kurang. Mungkin pekerjaan rumah itu yang harus kita kejar, karena itu Pemerintah sudah membangun infrastruktur termasuk terminal, bandara, tapi utilisasinya belum maksimal,” ungkapnya.

Pasca Covid-19, serapan tenaga kerja di sektor pariwisata secara umum juga terus bertumbuh mencapai 25,01 juta orang di 2024. 

Peningkatan kinerja sektor pariwisata pada tahun lalu juga tercermin dari sejumlah indikator, antara lain yakni jumlah kunjungan wisatawan yang naik hingga 13,74 juta kunjungan, kemudian jumlah pergerakan wisatawan nusantara mencapai juga meningkat menjadi 1,02 miliar, terjadi juga kenaikan peringkat Travel Tourism Development Index (TTDI) menjadi peringkat ke-22, dan adanya peningkatan devisa pariwisata menjadi USD16,7 miliar.

Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini Indonesia masih memiliki tantangan dalam pengembangan pariwisata di antaranya mengenai konektivitas, kualitas SDM pariwisata, kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan, belum masifnya promosi dan branding pariwisata dalam negeri, dan keberlanjutan destinasi wisata dari sisi lingkungan.

Sektor pariwisata tentunya juga tidak dapat berdiri sendiri karena untuk pengembangannya dibutuhkan pula pengembangan pada aspek/elemen terkait lainnya. 

Hal tersebut meliputi teknologi dan digitalisasi pariwisata (misalnya OTA, aplikasi booking, dan virtual tour), perdagangan dan suvenir (misalnya pasar tradisional, pusat oleh-oleh, dan e-commerce), ekonomi kreatif (contohnya kerajinan, fesyen, seni pertunjukan, film, dan musik), MICE, akomodasi (contohnya hotel, resort, vila, homestay, dan lain-lain), transportasi (termasuk layanan ride-sharing), makanan dan minuman (termasuk street food dan katering wisata), atraksi wisata (alam, budaya, sejarah, hiburan, dan taman rekreasi), jasa wisata (semisal tour operator, travel agent, dan pemandu wisata), serta peminatan khusus (semisal spa, wellness tourism, wisata medis, dan wisata industri).

Pemerintah melakukan sejumlah langkah strategis yang berfokus pada 10 Destinasi Pariwisata Prioritas dan 3 Destinasi Pariwisata Regeneratif, melalui program kerja antara lain program peningkatan aksesibilitas, konektivitas, dan tata kelola destinasi pariwisata, kebijakan penguatan ekosistem pariwisata (SDM, perizinan, atraksi, amenitas), dan kebijakan pembiayaan pengembangan pariwisata.

Ditambah lagi, Pemerintah juga memiliki 9 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Hingga 2024, investasi secara kumulatif pada KEK yang bergerak di sektor pariwisata dan pendukungnya telah mencapai Rp21,31 triliun, dengan realisasi penyerapan tenaga kerja mencapai 35.622 orang, dengan total 86 pelaku/badan usaha.

“Nah, 9 KEK itu kalau kita bandingkan dengan KEK manufaktur atau di bidang lain masih relatif tertinggal. Ini jadi kesempatan (berkembang) karena Pemerintah sudah memberikan seluruh fasilitas terkait dengan pembebasan bea dan kemudahan-kemudahan yang lain. Tetapi balik lagi kuncinya terkait dengan jembatan (mobilitas di) udara dan kemudahan, jadi itu kemarin beberapa negara siap untuk mendukung industri penerbangan. Tentu ini yang perlu kita lihat bagaimana realisasi kerja sama itu bisa didorong di dalam negeri,” papar Menko Airlangga.

Menko Airlangga pun mengharapkan bahwa proyek Indonesia Tourism Development Project (ITDP) bisa terus didorong sehingga dapat menghasilkan gagasan dan langkah konkret bagi kemajuan sektor pariwisata dan perekonomian Indonesia.

“Dengan selesainya program World Bank ini tentu kita bisa lanjutkan dengan berbagai program lain dan program KEK ini salah satunya mendorong sektor swasta untuk banyak terlibat,” pungkas Menko Airlangga.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Bagikan Artikel: