Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menlu Tiongkok: Rusia Teman Selamanya, Tidak Pernah Jadi Musuh

        Menlu Tiongkok: Rusia Teman Selamanya, Tidak Pernah Jadi Musuh Kredit Foto: Antara/Muhammad Iqbal
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tiongkok menegaskan hubungannya dengan Rusia sebagai "teman selamanya, tidak pernah jadi musuh," sebagaimana pernyataan sang Menteri Luar Negeri Wang Yi dalam kunjungannya ke Moskow.

        Pernyataan ini datang di tengah ketidakpastian global, terutama terkait dengan upaya gencatan senjata di Ukraina serta perubahan dinamika hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat.

        Dalam wawancara dengan kantor berita Rusia RIA, Wang menekankan bahwa prinsip tersebut menjadi dasar hukum yang kuat bagi kerja sama strategis antara Tiongkok dan Rusia.

        Baca Juga: Harga Minyak Bergejolak, Pasar Tunggu Kejelasan Gencatan Senjata Rusia-Ukraina

        Melansir dari Reuters, kunjungan Wang ke Moskow berlangsung selama tiga hari dengan agenda utama membahas kerja sama strategis di berbagai bidang. Kremlin juga telah mengonfirmasi bahwa Wang akan bertemu langsung dengan Presiden Vladimir Putin dan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

        Meski hubungan Tiongkok dan Rusia semakin erat, Wang juga menyambut baik tanda-tanda normalisasi hubungan antara Moskow dan Washington. Wang mengatakan kondisi global saat ini mengharuskan kekuatan besar bertindak sebagai faktor stabilisasi.

        Olehnya itu, sangat menggembirakan jika Rusia dan Amerika Serikat telah bergerak untuk memperbaiki hubungan. Kremlin pun mengakui bahwa kedua negara tengah membahas kemungkinan penyelesaian damai di Ukraina, sementara sikap pemerintahan Donald Trump yang lebih lunak terhadap Rusia sejak Januari turut membuka peluang baru.

        Di sisi lain, Wang menepis anggapan bahwa Trump berupaya memperkuat Rusia untuk melemahkan Tiongkok. Ia menyebutnya sebagai "pemikiran konfrontatif yang sudah usang." Wang juga menegaskan bahwa upaya perdamaian di Ukraina harus terus berjalan, meskipun menghadapi tantangan di medan perang.

        Baca Juga: Diskusi Bahas Kesetaraan Perdagangan, Sinyal China dan Uni Eropa Bersinergi Hadapi Tarif Trump

        "Langkah menuju perdamaian, meskipun tidak begitu besar, bersifat konstruktif, ada baiknya untuk terus membangunnya," kata Wang. Menurutnya, kesepakatan damai harus dapat diterima semua pihak dan bersifat mengikat.

        Tiongkok sendiri telah mendorong berbagai inisiatif untuk mengakhiri konflik ini, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan Brasil. Namun, gagasan tersebut masih menghadapi respons yang beragam dari komunitas internasional.

        Sejak awal perang pada Februari 2022, Tiongkok dan Rusia telah memperkuat kemitraan strategis "tanpa batas", dengan Presiden Xi Jinping dan Vladimir Putin bertemu lebih dari 40 kali dalam satu dekade terakhir. Kedua negara juga semakin menyelaraskan kebijakan mereka dalam berbagai isu global, termasuk konflik di Ukraina, Taiwan, serta hubungan dengan Amerika Serikat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Belinda Safitri
        Editor: Belinda Safitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: