Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi, Investor Soroti Memanasnya Konflik Dagang China-AS

        Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi, Investor Soroti Memanasnya Konflik Dagang China-AS Kredit Foto: EmasKu
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Logam mulia bergejolak dengan harga emas melonjak tinggi dalam perdagangan di Senin (21/4). Pasar logam mulia kebanjiran permintaan aset lindung nilai menyusul ketidakpastian ekonomi yang menguat akibat memanasnya perang tarif dari China-Amerika Serikat (AS).

        Dilansir dari Reuters, Selasa (22/4), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah komoditas utama dari logam mulia global. Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa:

        • Emas spot: Naik 2,7% ke US$3.417,62 per ons.
        • Emas berjangka AS: Ditutup 2,9% lebih tinggi ke US$3.425,30 per ons.
        • Silver spot: Stagnan di US$32,60 per ons.
        • Platinum: Turun 0,6% ke US$961,61 per ons.
        • Palladium: Anjlok 3% ke US$934,25 per ons.

        Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger mengatakan permintaan aset lindung nilai naik menyusul menanasnya hubungan dagang dari China-AS.

        China baru-baru ini memperingatkan negara lain agar tidak membuat kesepakatan yang merugikan Beijing. Hal ini menyusul kabar bahwa hal tersebut merupakan syarat agar terhindar dari kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

        “Ketegangan tarif yang terus meningkat mendorong investor kembali ke emas sebagai respons safe haven,” kata Meger.

        Pelemahan dolar ke posisi terendah dalam tiga tahun juga menjadi faktor kenaikan harga emas.  Dolar yang lebih lemah membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

        Baca Juga: Manuver Trump Bocor, China Tegaskan Bakal Melawan 'Negara Bermuka Dua'

        “Akan ada koreksi dan aksi ambil untung, tapi tren dasarnya masih cenderung sideways ke atas," jelas Meger.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: