Ekonomi Dunia Panas Dingin, Sri Mulyani Tegaskan Stabilitas Sistem Keuangan RI Masih Terjaga
Kredit Foto: Youtube Kemenkeu
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga pada triwulan I/2025, meskipun ketidakpastian ekonomi global meningkat akibat kebijakan tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS).
Ia menyatakan bahwa koordinasi antar-lembaga terus diperkuat guna merespons eskalasi risiko global, termasuk perang tarif antara AS dan Tiongkok.
“Kebijakan tarif AS memicu reaksi balasan (retaliasi) dari Tiongkok, hingga tarif kedua negara melonjak di atas 100%. Ketegangan ini mendorong ketidakpastian pasar dan mengganggu rantai pasok global,” ujar Sri Mulyani, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4/2025).
Baca Juga: Di Tengah Badai Global, Sri Mulyani Jaga Inflasi Tetap Jinak dan Rakyat Tetap Makan
Dampak dari perang tarif tersebut tercermin dalam revisi proyeksi ekonomi global oleh International Monetary Fund(IMF), yang memangkas proyeksi pertumbuhan global tahun 2025 menjadi 2,8% dari sebelumnya 3,3%. Indonesia juga mengalami koreksi, namun relatif ringan sebesar 0,4 persen poin, dengan proyeksi pertumbuhan menjadi 4,7%.
Meski begitu, Sri Mulyani menyatakan bahwa fondasi perekonomian domestik tetap kuat. Konsumsi rumah tangga terus tumbuh, didorong oleh belanja pemerintah seperti Tunjangan Hari Raya (THR) dan bantuan sosial. Di sisi lain, investasi swasta tetap ekspansif, sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur dan impor barang modal.
Kinerja ekspor juga menunjukkan tren positif, terutama pada komoditas crude palm oil (CPO), besi baja, serta mesin dan peralatan elektrik. Di tengah tekanan tarif dari AS, pemerintah terus memperluas pasar ekspor ke kawasan ASEAN Plus 3, BRICS, dan Eropa.
Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga di 5,75%, Fokus Jaga Inflasi dan Stabilitas Rupiah
Nilai tukar rupiah juga menunjukkan penguatan, meskipun sempat tertekan di pasar offshore selama libur panjang. Bank Indonesia melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas kurs. Per 22 April 2025, rupiah menguat ke level Rp16.855 per dolar AS.
Inflasi pada Maret 2025 tetap terkendali sebesar 1,03% secara tahunan, dengan inflasi inti 2,48%. Sementara itu, kelompok harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 3,16%.
“Pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga menunjukkan ketahanan. Yield SUN 10 tahun stabil di kisaran 7%, dengan kepemilikan asing mencapai 14,25%. Net buy oleh investor non-residen tercatat sebesar Rp12,78 triliun per 22 April 2025,” jelas Sri Mulyani.
Dari sisi fiskal, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatat defisit yang terkendali sebesar Rp104,2 triliun atau 0,43% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Keseimbangan primer menunjukkan surplus Rp17,5 triliun. Penerimaan perpajakan juga meningkat signifikan, khususnya pada Maret 2025 yang mencatatkan Rp134,8 triliun, hasil dari reformasi perpajakan yang terus dijalankan.
“Dengan sinergi kebijakan fiskal dan moneter, serta penguatan permintaan domestik, Indonesia mampu menjaga stabilitas sistem keuangan dan melanjutkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: