ECB: Perang Dagang Berkepanjangan Bisa Runtuhkan Kepercayaan ke Dolar AS

Bank Sentral Eropa (ECB) memperingatkan dunia bahwa perang dagang akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi, bahkan dapat memicu resesi bagi negara-negara yang terlibat termasuk dari Uni Eropa.

Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa (ECB), Piero Cipollone mengatakan bahwa ketidakpastian kebijakan perdagangan yang meningkat baru-baru ini dapat mengurangi investasi bisnis.

Baca Juga: Mau Geser Dolar, China Dorong Penggunaan Yuan di Luar Negeri

"Investasi bisnis dalam kawasan euro bisa turun sebesar 1,1% pada tahun pertama dan menurunkan pertumbuhan PDB riil sekitar 0,2 poin persentase pada 2025–2026," kata Cipollone, dilansir dari Reuters, Rabu (30/4).

Ia juga menyebut bahwa volatilitas pasar keuangan yang meningkat bisa berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 poin persentase pada 2025. Meski dampak inflasi belum sepenuhnya jelas, ia memperkirakan efek jangka pendek hingga menengah justru dapat bersifat disinflasi bagi kawasan euro.

Cipollone juga menyoroti perubahan struktural dalam perekonomian global yang kini bergerak dari dominasi tunggal dolar menuju sistem yang lebih terfragmentasi ke dalam blok-blok ekonomi.

"Jika implikasi jangka panjang dari tarif tinggi benar-benar terjadi, hal ini bisa melemahkan kepercayaan terhadap peran dominan dari dolar AS," jelasnya.

Menurut Cipollone, bank sentral harus bersiap menghadapi potensi berhentinya aliran modal, gangguan sistem pembayaran, dan volatilitas dalam pasar valuta asing secara mendadak melalui perencanaan kontinjensi dan kerangka manajemen krisis yang kuat.

Baca Juga: Dampak Perang Dagang, DPR Dorong Impor Gas untuk Pasok Kebutuhan Industri

"Negara-negara yang berkomitmen menjaga perdagangan terbuka dapat menginisiasi konferensi perdagangan internasional untuk menghindari kebijakan saling merugikan dan mendukung perekonomian global dalam masa ketidakpastian ini," pungkasnya.